1
News Sejarah Islam

Kisah Kabbab bin Arats, Si Pandai Besi Dengan Ketabahan Luar Biasa (Part 2)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Jika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksaan yang mereka berikan, maka orang-orang beriman mengatasi siksaan itu dengan pengorbanan yang merela lakukan. Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh takdir Allah untuk dapat menjadi seorang “guru besar” dalam ilmu tebusan dan pengorbanan. Boleh dikatakan jika seluruh waktu dari umurnya dan juga masa hidupnya benar-benar dibaktikannya untuk menolong Islam yang panji-panjinya mulai berkibar kala itu.

Di masa-masa periode dakwah pertama yang dilakukan Nabi dan para sahabat, Khabbab juga tidak merasa cukup dengan hanya ibadah dan shalat semata, tetapi ia juga berinisiatif untuk memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Karena itulah idatanginya rumah-rumah sebagian temannya yang beriman dan pada saat itu masih menyembunyikan keislaman mereka karena takut menghadapi kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat Alquran dan diajarkannya. Ia juga mencapai kemahiran dalam belajar Alquran yang diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat.

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan mengenai dirinya, bahwa Rasuiullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa ingin membaca Alquran tepat sebagaimana diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi Abdin (Khabbab bin Arats)!”

Hingga Abdullah bin Mas’ud juga menganggap Khabbab sebagai tempat bertanya mengenai soal-soal yang bersangkut paut dengan Alquran, baik yang isinya tentang hapalan maupun soal pelajarannya.

Khabbab adalah juga yang mengajarkan Alquran kepada Fatimah binti Khatthab dan suaminya Sa’id bin Zaid ketika mereka dipergoki oleh Umar bin Khatthab yang datang dengan pedang di pinggang untuk membuat perhitungan dengan agama Islam dan Rasulullah SAW.

Khabbab bin Arats menyertai Rasulullah SAW dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya. Dan ketika Baitul Mal melimpah-ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar dan Utsman RA, maka Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertama masuk Islam.

Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah, dan harta kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu yang dikenal oleh para shahabat dan tamu-tamu yang memerlukannya. Hingga bila di antara mereka ada sesuatu keperluan, ia dapat mengambil uang yang diperlukannya dari tempat itu.

Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi kaum Muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke tangan mereka.

webinar umroh.com

Ketika para sahabatnya datang menjenguk ketika ia sakit, mereka berkata, “Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat anda.”

Khabbab berkata sambil menangis, “Sungguh, aku tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi kalian telah mengingatkanku kepada para sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebelum mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga. Sedang kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah.”

Kemudian Khabba menunjuk rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh harta kekayaannya. “Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya menghalangi siapa pun yang meminta,” ujarnya.

Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya mewah dan berlebih-lebihan, air matanya mengalir. “Lihatlah ini kain kafanku. Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah SAW ketika gugur sebagai salah seorang syuhada, hanyalah burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya?”

Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriyah. Dengan demikian, si pembuat pedang di masa jahiliyah telah tiada lagi. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengorbanan dalam Islam telah berpulang.

Masya Allah..😢😢😣😣😭😭😭