1
Sejarah Islam

Inilah Kisah Rasulullah saat Menegakkan Keadilan

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com — Adil (al-`adl) atau keadilan menunjuk pada sikap tengah, lurus, dan tidak memihak kepada siapa pun, kecuali pada kebenaran. Dalam konteks hukum, adil bermakna menghukum siapa pun yang salah, tanpa berpihak, dan tanpa pandang bulu.

Keadilan menuntut dan menempatkan manusia sama di depan hukum. Seperti Rasulullah SAW telah membuktikannya. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS al-Nahl [16]: 90).

Baca juga: Kisah Ali Bin Abi Thalib, Utsman, dan Perempuan Hamil

Penegakan hukum terkait pula dengan keadilan di atas. Demi keadilan, hukum harus ditegakkan secara jujur dan adil. Penetapan hukum secara tidak adil, korup, dan penuh kecurangan, seperti kerap terjadi, semua itu jelas melukai dan mencederai rasa keadilan masyarakat.

Allah dan Rasul telah memperingatkan bahwa. “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS al-Nisa’ [4]: 58).

Baca juga: Sudahkah Anda Mengaji Hari Ini? Ada Cara Mudah Baca Al Quran di Sini

Dalam Al Qur’an pun, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berlaku adil. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran…” (QS An-Nisaa’:135)

Umroh.com merangkum, bagi umat Muslim, perjuangan Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran tauhid, menegakkan akhlak, serta menciptakan tatanan masyarakat yang ideal, adil, aman, damai, dan sejahtera merupakan contoh dan teladan yang baik. Sebagai pengikutnya, tentunya keteladanannya harus bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

webinar umroh.com

Pemimpin yang baik, dalam perspektif Islam, adalah yang adil. Itu rumus dasar yang paling terpenting. Dan kaum Muslim sangat beruntung. Sebab, mereka diberi keteladanan kepemimpinan yang sangat agung dari Sang Nabi, Muhammad SAW:  “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi siapa yang mengharap rahmat Allah dan kebahagiaan di hari akhir dan banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab : 21).

Kisah Keadilan Rasulullah SAW

Keadilan Rasulullah SAW dalam memimpin telah dicatat sebagai untaian butiran mutiara sejarah. Rasulullah SAW tidak pandang bulu dalam menerapkan hukum dan menegakkan keadilan. Beberapa keadilan yang tercermin semasa hidup beliau diantaranya ialah ketika ada seorang wanita kaya raya serta keturunan bangsawan mencuri. Lalu dengan tegas diputuskan, wanita itu dihukum untuk potong tangan. Bahkan ketika keluarga kerabat wanita itu meminta tolong kepada Usamah bin Zaid, seorang di antara sahabat yang paling dicintai Rasulullah SAW untuk mohon keringanan hukuman, beliau pun marah.

Keadilan Rasulullah SAW juga disertai sikap belas kasihan pada satu kondisi dan menerapkan ketegasan di waktu lain. Dalam Perang Badar, Rasulullah SAW pernah mengampuni seorang kafir Quraisy bernama Abu Azza Jamahi yang tertawan dan beranji tidak akan bergabung kembali dengan pasukan kaum musyrikin menentang Islam. Namun dalam perang Uhud ia ikut barisan kaum musyrikin dan kembali tertawan. Akhirnya beliau SAW pun menjatuhkan menghukum mati untuk Jamahi.

Contoh terakhir pada saat Nabi Muhammad saw merasa ajalnya sudah dekat, dikumpulkannya para sahabat dan beliau meminta dihukum qishos (hukuman balasan). Mungkin ada yang pernah aku singgung perasaannya, atau hal lainnya yang membuat para sahabatnya tak terima. 

Baca juga: Ada Banyak Cara Mudah untuk Pergi Umroh Bersama, Hanya di Sini!

Para sahabat hening, karena merasa tidak mungkin hal itu akan terjadi. Tapi, tiba-tiba seorang sahabat mengangkat tangan dan melaporkan satu peristiwa yang pernah menimpa dirinya yaitu ia terkena tongkat komando Rasulullah saw pada saat Perang Badar. Langsung Nabi Muhammad menyuruh Ali bin Abi Tholib mengambil tongkat komandonya yang disimpan di rumah Fatimah dan Rasulullah saw menyerahkan kepada sahabatnya untuk melaksanakan qishos. 

Ali bin Abi Tholib, Abu Bakar dan Umar bin Khattab maju dan menawarkan diri untuk menggantikan Rasulullah saw. Tetapi, Rasulullah memerintahkan, Ali, Abu Bakar, dan Umar agar mundur. Sahabat yang merasa tersakiti oleh tongkat komando Rasulullah saw itu meminta rasul untuk membuka bajunya karena pada saat ia terkena tongkat tersebut ia tidak mengenakan baju. Dilakukan lah oleh Rasulullah saw demi keadilan. Tiba-tiba sahabat ini menjatuhkan tongkatnya langsung merangkul dan mencium Rasulullah saw dan berkata: “Ya Rasulullah! Saya tidak bermaksud melaksanakan qishos, saya hanya ingin melihat kulit Rasulullah saw menyentuh dan menciumnya.” Sahabat-sahabat yang lain tersentak, gembira. Rasulullah langsung berkata: ”Siapa yang ingin melihat ahli surga, lihatlah orang ini.”

Dari beberapa kisah di atas sudah sangat jelas menunjukkan betapa Rasulullah saw sangat menjunjung nilai keadilan. Meskipun memimpin negara hanya 10 tahun, namun Rasulullah SAW berhasil meletakkan dasar-dasar keimanan, keadilan dan kejayaan Islam untuk diteruskan kepada para khalifah penggantinya. Bahkan prestasinya yang tidak pernah bisa ditandingi peradaban lainnya sampai sekarang, beliau telah berhasil menciptakan generasi terbaik yaitu generasi para sahabat yang mulia. Prestasi kaum muslimin lainnya telah diungguli orang peradaban modern saat ini, sedangkan kecemerlangan Nabi membentuk generasi sahabat yang bertaqwa memiliki akhlak mulia, tidak mungkin diulangi kembali oleh siapapun.