Dituturkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, suatu hari, Abu Musa Al-Asy’ari berwudhu dan menuju masjid. Ia berniat ingin mendampingi dan menyertai Rasulullah. Sesampainya di masjid, ia bertanya kepada Sahabat yang lain. Para Sahabat pun menjawab dan menunjukkan arah tempat Rasulullah berada. “Beliau ada di sana”, ujar para Sahabat.
Abu Musa pun menuju ke arah yang ditunjukkan Sahabat. Ia mencari-cari keberadaan Rasulullah, hingga kemudian ia sampai masuk ke Sumur Aris, dan melihat Rasulullah di sana. Abu Musa menunggu di depan pintu dan menunggu sampai Rasulullah selesai berwudhu.
Abu Musa Penjaga Pintu Rasulullah
Usai Rasulullah berwudhu, Abu Musa kemudian mendekati Rasulullah. Dilihatnya Rasulullah sedang duduk di tepi sumur dan menurunkan kedua kakinya ke dalam sumur. Abu Musa kemudian mengucapkan salam dan kembali ke depan pintu. Nampaknya Abu Musa tidak ingin mengganggu Rasulullah yang sedang menikmati waktu sendiri.
Abu Musa berkata, “Hari ini saya benar-benar akan menjadi penjaga pintu Rasulullah SAW. Ia kemudian berdiri dan menjaga pintu sumur.
Tiba-tiba ada yang datang dan mendorong pintu. Abu Musa yang berada di balik pintu bertanya, “Siapa ini?”. Orang di balik pintu menjawab, “Abu Bakar”. Abu Musa pun meminta Abu Bakar untuk menunggu sejenak.
Abu Musa kemudian menghampiri Rasulullah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, Abu Bakar minta izin untuk masuk”. Rasulullah kemudian menjawab, “Izinkanlah dia masuk dan gembirakanlah dia dengan surga”.
Abu Musa kemudian menuju ke arah pintu, membukanya, dan menyambut Abu Bakar. “Silakan masuk. Rasulullah SAW menggembirakanmu dengan surga”. Abu Bakar pun masuk dan duduk di sebelah kanan Nabi SAW, dan ikut serta menurunkan kedua kakinya ke dalam sumur.
Abu Musa kembali duduk di depan pintu. Dalam hati, ia berkata, “Andaikan Allah menghendaki kebajikan kepada si Fulan, maka Allah juga menghendaki kebajikan kepada saudaranya yang akan datang kemari”.
Umar bin Khattab Menghampiri Rasulullah
Saat Abu Musa duduk dan menjaga pintu, ada lagi seseorang yang menggerakkan pintu. Abu Musa bertanya, “Siapa ini?”. Orang tersebut menjawab, “Umar bin Al-Khattab”. Abu Musa kemudian berkata, “Tunggu sebentar”. Abu Musa kemudian menghampiri Rasulullah.
Diucapkannya salam, dan berkata “Umar minta izin untuk masuk”. Rasulullah menjawab, “Izinkanlah dia masuk dan gembirakanlah dia dengan surga”. Abu Musa kembali ke pintu dan menyambut Umar. Ia berkata, “Silakan masuk. Rasulullah SAW menggembirakanmu dengan surga”.
Umar Bin Khattab kemudian masuk dan menghampiri Rasulullah yang sedang bersama Abu Bakar. Ia duduk di sebelah kiri Nabi SAW. Umar juga ikut menurunkan kedua kakinya, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan Abu Bakar.
Abu Musa kembali ke pintu. Sambil duduk, ia berkata “Andaikan Allah menghendaki kebajikan kepada si Fulan, niscaya Allah juga akan menggerakkan hati saudaranya untuk datang kemari”.
Tiba-tiba Abu Musa mengetahui ada yang menggerakkan pintu. Ia bertanya kepada seseorang yang di balik pintu itu, “Siapa ini?”. Orang tersebut menjawab, “Utsman bin ‘Affan”. Abu Musa kemudian meminta Utsman menunggu. “Tunggu sebentar”.
Abu Umar kemudian menghampiri Rasulullah. Ia memberitahu bahwa Utsman datang dan meminta ijin untuk masuk Rasulullah kemudian menjawab, “Izinkanlah dia masuk dan gembirakanlah dia dengan surga. Tetapi, kelak dia akan tertimpa suatu musibah”.
Abu Musa pun kembali ke pintu dan menyambut Utsman. Ia menyampaikan perkataan Rasulullah. “Silakan masuk. Rasulullah SAW menggembirakanmu dengan surga. Tetapi, kelak engkau akan tertimpa suatu musibah”. Mendengar Abu Musa, Utsman kemudian memuji Allah dan berkata, “Hanya Allah yang dapat dimintai pertolongan”.
Utsman kemudian masuk. Karena tepian sumur telah terisi Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, ia kemudian duduk di depan mereka, di sebelah kiri.
Posisi duduk Rasulullah dan ketiga Sahabatnya itu diingat oleh Sa’id Al-Musayyab sebagai posisi mereka ketika dikuburkan.