Rasulullah adalah manusia yang dikenal dengan karakternya yang mulia. Beliau dikenal sebagai orang yang lembut, bijak, dan adil. Rasulullah juga orang yang sangat dipercaya. Jika Rasulullah meyakini bahwa sesuatu itu benar, maka beliau akan mengatakannya dengan benar. Begitupun juga jika ada sesuatu yang dirasa salah. Rasulullah akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah salah.
Keadilan Rasulullah untuk Semua Pihak
Keadilan dan kejujuran Rasulullah ini bukan hanya berlaku jika menguntungkan bagi diri sendiri, keluarga, sahabat, maupun umat muslim saja. Namun setiap orang yang ditemui Rasulullah akan merasakan bahwa Rasulullah merupakan orang yang sangat adil Rasulullah dikenal akan menegakkan keadilan dalam situasi dan kondisi apapun.
Kisah Keadilan Rasulullah terhadap Orang Yahudi
Keadilan Rasulullah juga dirasakan oleh orang-orang yang non-muslim pada kala itu. Diceritakan suatu ketika, terjadi perselisihan antara seorang muslim dan seorang Yahudi. Permasalahan bermula ketika seorang Yahudi itu menawarkan barang dagangan kepada orang muslim tersebut.
Rupanya, orang muslim tersebut malah membalas dengan sesuatu yang dibenci oleh orang Yahudi itu. Orang Yahudi yang tidak terima dengan perlakuan tersebut akhirnya memberikan sumpah serapah kepada orang Muslim tersebut. Ia juga mengagung-agungkan Nabi Musa a.s. dari semua manusia.
Mendengar perkataan dari orang Yahudi tersebut, orang Muslim yang mendengarnya tidak terima. Ia langsung mendekati orang Yahudi tersebut dan menamparnya. Hal yang memicu emosi orang muslim tersebut adalah karena orang Yahudi itu mengagung-agungkan Nabi Musa di atas semua manusia. Sedangkan menurut orang Muslim tersebut, Nabi Muhammad SAW yang paling unggul.
Orang Yahudi tersebut kemudian melapor kepada Rasulullah. Ia merasa tidak terima ditampar oleh orang Muslim itu. Rasulullah yang mendengar aduan dari orang Yahudi tersebut akhirnya bertanya kenapa sampai menampar orang Yahudi itu.
Rasulullah Berpesan Agar Tidak Membandingkan Para Nabi Sebelum Beliau
Setelah mendengar cerita selengkapnya, Rasulullah kemudian bersabda agar tidak membanding-bandingkan dirinya dengan para nabi Allah sebelumnya. Dijelaskan oleh Rasulullah, bahwa para nabi memiliki tugas yang sama, yaitu menyeru kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Esa atau mengajarkan tauhid.
Dengan bijak, Rasulullah mengibaratkan dirinya dengan para nabi sebelumnya seperti seseorang yang sedang membangun rumah. Para nabi sebelumnya diibaratkan Rasulullah telah membangun semua sisi dan bagian rumah. Mulai dari tembok hingga atapnya.
Para nabi tersebut juga diibaratkan telah memperindah rumah tersebut. Akan tetapi, ada satu bagian yang belum selesai dikerjakan, yaitu satu tempat ubin di suatu sudut rumah. Menurut Rasulullah, beliaulah ubin tersebut. Beliau ditugaskan untuk menyempurnakan bangunan tersebut dan ditahbiskan sebagai penutup para nabi. “Karena itu, janganlah kalian melebihkanku di antara para nabi lainnya”, tegas Rasulullah.
Teladan Sikap Mulia Rasulullah
Dari kisah tersebut, kita bisa meneladani sikap Rasulullah yang santun, bijak, adil, serta rendah hati (tawadhu). Beliau mengajarkan kepada umatnya untuk mengagungkan semua nabi dan tidak melebihkan antara satu dengan yang lainnya. Rasulullah juga pernah berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yaitu bahwa “para Nabi adalah saudara seayah dan ibu-ibu mereka berbeda, sedangkan agama mereka adalah satu”.