1
Muslim Lifestyle

Carilah Sahabat Berdasarkan 5 Kriteria dari Imam Ghazali Ini

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Sahabat bukan hanya menemani kita di saat suka dan duka. Seorang Sahabat juga memberi pengaruh bagi kehidupan kita. Karenanya, Rasulullah mengingatkan agar kita senantiasa berhati-hati dalam memilih sahabat. Karena agama seseorang sesuai dengan agama sahabatnya. Berikut akan dijelaskan kriteria sahabat menurut Imam Ghazali yang perlu Anda ketahui.

Rasulullah bersabda, “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).

Kita boleh bergaul dan menunjukkan sikap baik kepada setiap orang. Tetapi dalam soal memilih sahabat, kita harus memperhatikan kriteria tertentu. Sehingga kita tidak terjerumus pada hal negatif, dan tetap terjaga dalam lingkungan yang sholeh. 

Baca juga: Kisah Shuhaib Bin Sinan, Sahabat Rasul yang Kaya Raya

Imam Al Ghazali, salah satu ulama besar dalam perkembangan Islam, menyebutkan 5 kriteria yang perlu kita perhatikan saat memilih sahabat. 

5 Kriteria Sahabat Menurut Imam Al Ghazali

Pertama, Perhatikan Akalnya​  

Umroh.com merangkum, maksud dari ‘memperhatikan akal’ adalah memastikan tidak berteman dengan orang-orang yang kurang pandai. Pertemanan dengan orang-orang yang kurang berkembang akalnya sering kali akan berakhir dengan perpisahan atau rasa enggan untuk kembali berhubungan. Karena biasanya, orang-orang yang kurang akalnya sering mengakibatkan kemudharatan bagi kita. Walaupun ia sendiri tidak bermaksud merugikan. 

Alasan para ulama menempatkan ‘akal’ di urutan pertama dalam memilih sahabat adalah untuk menjaga diri sendiri. Orang-orang yang kurang mengedepankan akalnya akan sering teledor atau ceroboh, walaupun sebenarnya ia bermaksud baik.  

Selain itu, memiliki sahabat yang pandai juga akan membuat kita terpengaruh serta termotivasi untuk mengembangkan pemikiran. Sehingga kita terpacu menjadi pribadi yang lebih baik.

webinar umroh.com

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

Kedua, Perhatikan Akhlaknya 

Saat memilih sahabat, perhatikanlah akhlaknya. Bukan hanya sikapnya ketika suasana normal. Kita juga harus memperhatikan sikapnya ketika situasi sedang tidak kondusif. Misalnya saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, atau saat timbul dorongan kuat dari dalam dirinya.

Akhlak seseorang bisa diperhatikan dari caranya menguasai diri ketika emosi. Orang berakhlak baik biasanya mampu mengendalikan diri untuk tetap berbuat baik walaupun sedang marah atau memiliki keinginan yang besar. Sebaliknya, orang berakhlak buruk akan mudah menunjukkan sikap-sikap yang kurang baik. Sebab ia tidak bisa mengendalikan diri sendiri ketika emosi atau syahwat sedang menguasai dirinya.

Pilihlah sahabat yang bisa mengendalikan diri dan mampu menunjukkan sikap terpuji, walaupun dalam kondisi marah atau memiliki keinginan yang besar. 

Ketiga, Perhatikan Kesholehannya 

Pilihlah sahabat yang sholeh, agar kita juga ikut menjadi pribadi yang sholeh. Menurut Imam Al Ghazali, kesholehan berarti seberapa jauh usaha orang tersebut menjauhkan diri dari dosa besar.

Dalam hal ini, para ulama memperhatikan bahwa Imam Al Ghazali tidak menyebut ‘kesholehan’ sebagai ‘kegemaran seseorang dalam beribadah’. Namun, lebih kepada upaya untuk tidak berbuat maksiat atau hal-hal yang tidak diridhai Allah. Orang-orang yang sholeh biasanya takut kepada Allah, sehingga ia tidak akan melakukan dosa besar. 

Hindari menjalin persahabatan dengan orang yang fasik, atau orang yang terus-menerus berbuat dosa dan tidak merasa takut kepada Allah. Selain membawa pengaruh buruk, mereka juga biasanya tidak bisa dipercaya. Sebab mereka tidak merasa takut terhadap pengawasan dan azab dari Allah. Bukan tidak mungkin, suatu saat kita akan terjebak dalam perbuatan buruknya. Atau menjadi sasaran perbuatannya yang membahayakan diri kita.

Allah berfirman, “Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti hawa nafsu dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS.Al Kahfi: 28). 

Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda cuma di umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

Keempat, Perhatikan Nafsunya terhadap Dunia 

Hindari bersahabat dengan seseorang yang gila dunia atau serakah. Mereka biasanya memiliki karakter atau tabiat kurang baik untuk diteladani. Bukan tidak mungkin kita akan tertular perangai mereka yang sangat menginginkan dunia dan cenderung serakah. 

Pilihlah orang-orang zuhud sebagai sahabat, agar kita juga ikut memiliki sifat demikian. Zuhud adalah sikap lebih mengutamakan Allah dibandingkan dunia. Misalnya bersegera dan bersemangat untuk beribadah kepada Allah, serta mampu mengesampingkan aktivitas dunia saat Allah memanggil. Sikap-sikap orang yang zuhud dan mulia ini akan berpengaruh kepada kita, jika kita menjadikan mereka sebagai sahabat. 

Kelima, Perhatikan Kejujurannya 

Tidak ada orang yang suka dibohongi. Karena itu, pilihlah sahabat dari kalangan orang-orang yang jujur.

Orang jujur pasti tidak suka berdusta, dan tidak suka melakukan tipu daya. Baik kepada kita maupun orang lain. Jika kita memilih orang yang suka berdusta sebagai sahabat, bukan tidak mungkin kita akan menjadi korban kedustaannya. 

Selain itu, mungkin kita juga akan tertular sikapnya yang suka berdusta. Mereka biasanya terlihat dari karakternya dalam memberikan informasi atau kabar. Sering kali kabar dari mereka tidak valid dan tidak akurat. Atau sering memasukkan penafsiran pribadi terhadap informasi yang diberikan.

Sebaliknya, orang yang jujur akan memberikan informasi dan kabar secara apa adanya. Sehingga tidak menyesatkan kita atau orang lain yang mendengarnya. 

Demikian 5 kriteria sahabat yang baik menurut Imam Al Ghazali. Semoga kita selalu dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang baik. Sehingga persahabatan yang kita jalin di dunia berlanjut hingga ke surga.

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!

Rasulullah bersabda, “Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.