Lactashare, merupakan sebuah aplikasi dan juga lembaga yang tugasnya menghubungkan pendonor ASI dengan resipien (penerima) ASI. Tugasnya juga memfasilitasi kegiatan donor ASI dengan aman, tepat, cepat, terpercaya, dan sesuai syariat sepersusuan.
Visi Lactashare Foundation adalah mendirikan Bank ASI/Lembaga Wakaf ASI/Lembaga Sedekah ASI sebagai bentuk upaya pemberdayaan wanita dan perlindungan hak anak atas ASI. Utamanya agar proses donor ASI di Indonesia menjadi lebih rapi sebab adanya lembaga yang memfasilitasi secara profesional dan sesuai kaidah agama.
Lactashare memfasilitasi screening darah calon donor ASI untuk memastikan pendonor ASI bebas dari penyakit yang menular lewat ASI, serta menerbitkan sertifikat sepersusuan agar pencatatan mahram menjadi lebih rapi serta edukasi mengenai kaidah agama yang menyertainya agar tidak terjadi pernikahan antar mahram persusuan.
Bagaimana caranya untuk menghadiahkan rakyat Indonesia, inovasi kesehatan ibu dan anak berupa Bank ASI.
Setidaknya dibutuhkan dana 13 Milyar untuk mendirikan 1 unit Bank ASI di sebuah kota. Dan berdirinya Bank ASI, 1 unit di tiap Ibu kota provinsi di Indonesia, akan sekaligus menjadi kesempatan terbukanya lapangan kerja baru bagi rakyat Indonesia. 1 unit bank ASI bisa menyerap 50-125 orang pekerja. Dan terbayang jika rakyat Indonesia terberdayakan dengan kesempatan itu.
Dan semoga pemimpin negara dan pemimpin daerah verikutnya dapat mengalokasikan dana-dananya untuk hal-hal yang membawa dampak positif, produktif dan jangka panjang bagi kemajuan pembangunan manusia Indoenesia, termasuk juga untuk pembangunan Bank ASI ini.
Bukankah Ibu Pertiwi rindu akan hadirnya inovasi kesehatan yang benar-benar menjadi solusi bagi rakyatnya?
ASI adalah ciptaan Tuhan dan tidak ada satupun yang bisa menyaingi kesempurnaan Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu.
Teramat indah jika kita bisa saling mempersaudarakan, salah satunya sebabnya adalah saudara persusuan. Al Qur’an sendiri yang menyatakan solusi tentang gizi bayi sejak hampir 15 abad yang lalu : ibu sepersusuan.
Mamalia pengahasil susu seperti sapi, kambing, unta, kuda, telah ada sejak zaman Nabi. Namun keberadaan dan kebermanfaatan mereka bagi manusia, tidak dimaktubkan dalam Al Quran untuk menjadi solusi atas gizi bayi. Yang Allah sampaikan melalui AlQur’an perihal solusi bagi gizi bayi hanyalah dua, menyusui dari ibu kandung atau ibu susu. Bukankah kita sebagai muslim meyakini, tak ada keraguan di dalam Al Qur’an?
Terbayang, bayi yang dahulunya mendapat ASI Donor, kemudian tumbuh sehat, meremaja dan mendewasa. Ternyata di setiap selesai sujudnya, ia memajatkan do’a. “Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayani soghiro”. Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa ibu bapakku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu kecil.
Dan doa itu, tembus kelangit, tak sekedar untuk ayah ibu kandungnya, tetapi juga doa itu dipanjatkan sebagai bentuk syukur dan terimakasih kepada ayah dan ibu susunya. Begitulah makala ASI dan menyusui jadi cara membangun kualitas generasi masa depan.
Karena ASI adalah hak setiap bayi.