Marah adalah salah satu emosi yang biasa dirasakan manusia. Namun marah merupakan emosi negatif, sehingga orang-orang harus berhati-hati saat marah.
Rasulullah Melarang Marah Hingga Tiga Kali
Walaupun marah adalah hal yang wajar, namun tetap saja marah adalah sesuatu yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, suatu ketika ada seorang laki-laki meminta nasehat kepada Rasulullah. Ia bertanya, “wahai Rasulullah, perintahlah aku dengan sebuah perbuatan dan sedikitkanlah (jangan banyak-banyak). Nabi pun menjawab, “jangan marah”. Laki-laki tersebut kemudian meminta nasehat lagi, dan rasul tetap menjawabnya dengan “jangan marah” hingga tiga kali. Mengapa marah begitu dilarang oleh Rasulullah?
Marah adalah Kunci dari Setiap Keburukan
Jika marah dilampiaskan tanpa kendali, yang akan muncul adalah keburukan. Seorang ulama, Ja’far bin Muhammad, mengatakan bahwa marah adalah kunci dari setiap keburukan. Hampir semua hal-hal negatif dimulai dari marah. Orang memiliki perasaan dengki karena marah ketika orang lain mendapatkan nikmat yang lebih banyak. Seseorang berbuat kekerasan bisa jadi disebabkan karena kemarahan yang tidak terkendali.
Orang yang Bisa Mengendalikan Kemarahan adalah Orang yang Kuat
Melihat efek negatif marah yang sangat banyak, tidak heran jika kemudian Rasulullah berpesan kepada kita, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadist tersebut, dikisahkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa nabi pernah bertanya, “siapa yang kalian anggap sebagai orang yang perkasa?”. Para sahabat pun menjawab, “Dia yang tidak bisa dikalahkan keperkasaannya oleh siapapun”. Mendengar jawaban para sahabat, Rasulullah menjawab, “bukan demikian. Akan tetapi, yang perkasa adalah orang yang bisa menahan dirinya ketika marah”.
Lalu bagaimana cara untuk menahan amarah? Imam al-Ghazali memaparkan 2 cara agar seseorang bisa mengendalikan amarah yang memuncak, yaitu dengan ilmu dan dengan amal.
Mengatasi Marah dengan Ilmu
Ilmu-ilmu agama yang kita miliki bisa mencegah kita meluapkan emosi marah. Dijelaskan oleh Imam al-Ghazali, langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan berpikir tentang ayat atau hadis yang menjelaskan keutamaan menahan marah, memaafkan, bersikap ramah, dan menahan diri. Ilmu yang dimiliki tersebut akan mendorong seseorang ingin meraih pahala yang Allah janjikan, sehingga ia tidak akan tergoda untuk membalas perbuatan orang lain yang membuatnya marah.
Ilmu yang kita miliki juga bisa digunakan untuk menakut-nakuti diri dengan siksa Allah bagi orang yang tetap meluangkan amarahnya. Ilmu juga bisa membuatnya takut terhadap akibat dari permusuhan dan pembalasan dari orang yang menerima pelampiasan marah. Orang yang berilmu juga akan berpikir tentang buruknya rupa orang yang sedang marah. Ia juga akan berpikir tentang keburukan rasa marah yang ada dalam dirinya, yang membuatnya tampak seperti binatang buas yang membahayakan dan mengancam.
Orang yang berilmu akan terdorong untuk mencontoh para nabi, wali, dan ulama yang bijak menahan amarahnya. Tentunya orang-orang yang berilmu akan lebih memilih untuk menampilkan sikap sebagaimana para orang-orang alim menahan amarahnya. Orang-orang yang berilmu juga tahu bahwa rasa marah yang dirasakannya merupakan godaan dari setan. Karena itulah ia akan memilih untuk berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.
Menahan Marah dengan Amal
Amal ibadah yang mengingatkan kita kepada Allah juga bisa membantu menahan amarah. Misalnya dengan berdzikir atau membaca Ta’awudz. Langkah tersebut bisa seketika menenangkan diri orang-orang yang sedang marah.
Selain itu, kita juga bisa merubah posisi ketika sedang marah. Misalnya jika marah dalam keadaan berdiri, kita disarankan untuk duduk, dan jika ketika duduk masih marah, kita disarankan untuk berbaring miring. Jika marah masih berlanjut kita dianjurkan untuk melakukan amalan wudhu untuk meredamnya.