Peradaban Islam vs Barat
Dr. Musthafa As Siba’i dal am kitab Min Rawa’i Hadhratina memuat perkataan sejumlah tokoh dalam mengomentari tentang peradaban Islam maupun barat. Jacques C. Reister mengatakan, “Selama lima ratus Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.”
Maksud dari ungkapan tersebut adalah masa yang dikenal dengan abad pertengahan. Dimana menurut banyak sejarawan masa tersebut adalah satu puncak masa keemasan dari peradaban Islam. Meski sebenarnya sepanjang peradaban Islam lebih dari 14 abad berdiri kebaikan selalu didapatkan oleh masyarakat.
Masih dalam kitab yang sama, Montgomery Watt mengungkapkan, “Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” Hal yang sama pernah dikatakan oleh Barack Obama. Dia mengatakan. “Peradaban berhutang besar pada Islam.” Maksudnya adalah peradaban Barat memiliki utang besar kepada peradaban Islam.
Ungkapan-ungkapan di atas memberikan satu gambaran bahwa ada masa dimana perbedaan antara peradaban Islam dengan barat begitu terasa. Hal ini sebagaimana disampaikan Lavis dan Rambou dalam karya sejarahnya. Dikatakan bahwa di Eropa pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M seperti di Inggris Anglo-Saxon merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh dan liar.
Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran rendah, berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang menimpa binatang-binatang ternak yang menjadi sumber penghidupan satu-satunya.
Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara dengan sistem pertanian terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu, dan tidak berventilasi. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Kota terbesar di Eropa pada waktu itu berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang.
Kondisi demikian sangat berbeda dengan peradaban Islam, khususnya pada masa tersebut. Bukti sejarah yang sangat nyata adalah ketika melihat kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Damaskus, Cordoba, Granada dan Sevilla. Dari situ akan diketahui bagaimana keadaan kota-kota ini yang merupakan pusat-pusat peradaban Islam pada masanya masing-masing.
Dan aspek lain yang menjadi keagungan peradaban Islam adalah bagaimana perhatiannya terhadap seluruh masyarakat, baik muslim ataupun non muslim. Seorang orientalis dan sejarawan Kristen bernama T.W. Arnold dalam bukunya, The Preaching of Islam : A History of Propagation Of The Muslim Faith, dia banyak membeberkan fakta-fakta kehidupan dalam negara Pemerintahan islam.
“Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Pemerintahan islam Turki Utsmani–selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani–telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa).”
Tidak jauh berbeda, Karen Amstrong mengatakan bahwa kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. Dia mengatakan “Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus.”