1
Muslim Lifestyle Parenting Tips

Menanamkan Tauhid Anak Prabaligh Dengan Nilai Qur’an

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Dalam sebuah ceramahnya, menarik sekali apa yang disampaikan ustadz Adi Hidayat tentang mendidik anak dalam tumbuh kembang. Kita bisa melihat dari penggunaan bahasa Alquran yang digunakan ternyata setiap periode usia berbeda.
.
Beliau menyampaikan ketika Luqman mendidik anaknya, ia memanggil dengan narasi ” ya bunayya ” panggilan itu dikenal sebagai panggilan sayang, panggilan manja, untuk anak usia prabaligh.
.
Dalam bahasa Arab narasi ya bunayya adalah narasi tadlil

يُدَلِّلُ طِفْلَهُ” : يُدَلِّعُهُ، يُغَنِّجُهُ، يُعامِلُهُ مُعامَلَةً فيها الكَثيرُ مِنَ اللُّطْفِ وَالتَّرْفيهِ.
Intinya panggilan lembut dan manja.
.
Dari sini bisa dipahami bahwa Alquran mengajarkan orang tua memanggil harus yang nyaman didengar anak, panggilan sayang penuh kelembutan, tidak menggunakan kata-kata kasar, bentakan dan tidak ahsan.
.
Pelajaran yang pertama kali diberikan dari sana kepada anak-anak adalah suatu pondasi aqidah Islam. Setelah panggilan sayang itu, para orang tua dapat menggunakan kata larangan dalam perkara keimanan.
.
Setelah menggunakan kata sayang seperti ya bunay,ya, maka nasehat terbaik yang dapat dilakukan oleh para orang tua adalah dengan menggunakan kata larangan laa yang berarti “Jangan”

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
.
Menggunakan kata larangan dalam melarang suatu perkara, seperti mempersekutukan Allah sangat mudah dicerna anak, karena kata bersekutu dengan yang lain sangat mudah dihadirkan faktanya.
.
Pernah ada sebuah stimulus kepada anak-anak yang usianya masih sangat belia, atau masih balita. Dalam praktek tersebut, ketika menjelaskan bahwa Allah itu ahad tidak ada sekutu bagiNya, dapat dipraktekkan dengan cara berikut, misalnya dengan menanyai anak kita pertanyaan berikut:
.
“Dek bagaimana keadaan bumi ini seandainya pencipta itu tidak satu, tapi bersekutu, misalkan ada dua?”
“Kalau ada dua nanti bumi hancur, karena nanti yang satu ingin kesini yang satu ingin kesana. ” Sambil menunjuk arah kiri dan kanan.
“Bagimana kalau tiga?”
“Bumi alan semakin hancur kan”
.
Atau bisa juga dengan menganalogikan dengan membahas sebuah mobil yang berpenumpang dengan dua sopir, apa yang terjadi? Mobil bisa hancur bila kedua sopir mengambil keputusan yang berbeda.
.
Juga yang paling mudah dengan menjelaskan bahwa Allah tidak bersekutu dengan makhluk, Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan seperti manusia dan tidak ada yang setara dengan siapapun.
.
Dari sini juga akan mengantarkan ananda untuk mengaku lemah dan kurangn dihadapan Allah saat dibentangkan realitas alam, menusia dan kehidupan adalah ciptaan Allah dan diatur oleh Allah swt. Maka muncullah pengakuan terhadap keagungan dan kesucian Allah dalam benak dan jiwanya.
.
Dari sini anak digiring bersyukur kepda Allah yang telah menciptakan bumi dan langit serta segala isinya untuk manusia, digiring bahwa cara bersyukur itu adalah menghambakan diri dihadapan Dzat yang maha agung dengan beribadah, tunduk dan patuh pada perintah dan larangan tanpa bantahan.
.