1
Motivasi News Sejarah Islam

Mencontoh Kegigihan Para Ulama Dalam Belajar (Part 2)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Ulama adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki ilmu yang cukup mendalam, terlebih lagi dalam hal agama. Kita memang perlu belajar banyak dari sosok ulama-ulama. Berikut adalah sosok beberapa ulama yang mana kita dapat mengambil pelajaran darinya, terutama dalam hal kegigihan belajar:

– Imam Ahmad Ibn Hanbal Menjual Pakaian Dalam Demi Buka Shaum

Disebutkan dalam kitab Al-Minhaj Al-Ahmad, Juz 1 Hal. 8, karya Abu Al-Yumni Al-Ulaimi Al-Hanbali tentang biografi Imam Ahmad, bahwa Imam Ahmad pernah pergi menemui Abdurrazzaq di Shan’a – Yaman, tahun 197 H. Yahya Ibn Ma’in menemani nya dalam perjalanan tersebut.

Yahya menuturkan, “Ketika kami ingin menemui Abdurrazzaq di Yaman, kami sempatkan menunaikan ibadah haji. Ketika aku thawaf, aku melihat Abdurrazzaq juga tengah thawaf. Maka, aku mengucapkan salam kepadanya, seraya mengatakan, ‘Ini adalah Ahmad Ibn Hanbal, saudaramu.’

Maka kami pun berencana pergi ke Shan’a. Ahmad Ibn Hanbal kehabisan bekal di perjalanan. Abdurrazzaq menawarkan uang dirham dalam jumah besar, tetapi Ahmad tidak menerimanya. Abdurrazzaq berkata, ‘Anggaplah ini seperti hutang’. Ahmad tetap menolak. Kami pun menawarkan bekal-bekal kami kepadanya, tetapi ia tetap menolak. Maka, sekali waktu kami mengintipnya. Ternyata ia membuat tali celana dalam dan menjualnya untuk ia gunakan berbuka shaum.”

– Semua Warisan milik Yahya Ibn Ma’in Habis Digunakan untuk Ilmu, Sampai Ia Tak Mampu Beli Sendal

Al-Ulaimi menuturkan dalam kitab Al-Minhaj Al-Ahmad, Juz 1. Hal. 95 : “Imam Yahya Ibn Ma’in lahir pada masa Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur tahun 158 H. Ayahnya, Ma’in, adalah sekretaris Abdullah Ibn Malik. Ia diberi kepercayaan untuk menangani pajak penduduk Ray. Saat wafat beliau meninggalkan warisan sebanyak satu juta lima puluh ribu dirham. Maka, Yahya menggunakan seluruhnya untuk kepentingan hadits, sehingga tidak tersisa sedikit pun dari uang itu, meski untuk membeli sandal yang akan ia pakai.”

– Imam Abu Dawud Menulis Hadits dengan Modal Makan Kacang

webinar umroh.com

Imam Abu Dawud As-Sijistani(seorang Imam Hadits terkemuka, penyusun Sunan Abi Dawud), berkata, “Aku memasuki kota Kuffah dan hanya mempunyai uang satu dirham. Dengannya, aku membeli 30 mud kacang-kacangan. Aku makan darinya dan menulis hadits dari Al-Asyaj (yakni Abdullah Ibn Sa’id Al Kindi, ahli hadits Kufah). Kacang-kacangan tersebut belum habis, hingga aku mampu menulis dengan modal tersebut 30.000 hadits, baik yang maqthu’ maupun mursal. (Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffadz, 2/768)

– Imam Thabrani Tidur Beralaskan Tikar Selama 30 Tahun Hidupnya

Al-Hafidz Adz-Dzahabi berkata di dalam Tadzkiratul Huffadz Juz 3, Hal. 912 dan 915, tentang biografi Imam At-Thabrani,

“Dia adalah seorang hafidz(imam hadits), ulama, hujjah yang tersisa dari para hafidz, Abul Qasim Sulaiman Ibn Ahmad Al-Lakhami As-Syami At-Thabrani. Lahir tahun 260 H, dan wafat tahun 360 H, umurnya satu abad lebih sepuluh bulan. Haditsnya telah memenuhi dunia. Karya-karya nya melebihi 75 karya.

Imam At-Thabrani pernah ditanya, “Bagaimana ia mendapat hadits begitu banyak?”. Beliau menjawab, “Aku tidur di Tikar selama 30 tahun”(makna nya beliau meninggalkan leha-leha).

– Ya’qub Ibn Sufyan Al-Farisi Menghabiskan Waktu 30 Tahun dalam Perjalanan Mencari Ilmu

Tercantum di dalam Tahdzibut Tahdzib Juz 11 Hal. 387, tentang biografi seorang hafidz pengembara, Ya’qub Ibn Sufyan Al-Farisi(w. 277 H), bahwa Abu Abdirrahman An-Nawahandi berkata, “Aku mendengar Ya’qub Ibn Sufyan berkata, ‘Aku telah menulis ilmu dari seribu syaikh lebih, yang semuanya tsiqat.” Ibnu Hamzah mengatakan, “Ya’qub Ibn Sufyan berkata kepada ku, ‘Aku menghabiskan 30 tahun dalam perjalanan mencari ilmu.”

– Imam Al-Bukhari Senantiasa Terjaga di Malam Hari Demi Menulis Hadits

Tercantum di dalam Thabaqat As-Syafi’iyyah, Juz 2, Hal. 220 dan 226, tentang biografi Imam Bukhari bahwa Muhammad Ibn Abi Hatim berkata, “Jika aku bersama Abu Abdillah(Imam Bukhari) dalam suatu perjalanan, maka dia mengumpulkan kami dalam satu rumah, kecuali terkadang di musim panas. Aku melihatnya bangun dalam satu malam sebanyak lima belas sampai dua puluh kali. Pada saat seperti itu, ia mengambil pemantik api, lalu ia menyalakan api dan lampu. Kemudian ia mengeluarkan hadits-hadits, dan menandainya. Lalu, ia merebahkan diri, dan shalat di waktu sahur sebanyak tiga belas rakaat.”