1
News Parenting Tips

Mengapa Kebanyakan Ayah Terlihat Lebih Sabar Dengan Anak? Berikut Penjelasannya

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Mungkin kita tidak jarang mendengar dan membaca jika sebagian ibu di luar sana mengatakan kalimat semacam ini:

“Suami saya melarang saya ikutan belajar parenting karena menurut dia isinya teori doang tapi bukti nyata nyata tidak ada. Suami saya juga berkata, dia yang tak pernah ikutan parenting yang ada di sana sini, buktinya dia lebih sabar menghadapi anak. Sedangkan saya masih saja tak sabaran”.

Atau “Saya malu sebenarnya sama suami saya, tapi merasa beruntung juga. Suami saya tuh sabar banget menghadapi anak dan lebih sabar menghadapi anak daripada saya. Saya yang sudah ikutan belajar parenting lebih sering ke sana kemari malah masih sering kurang sabar dengan anak”.

Boleh saja tidak setuju dengan pendapat yang dikemukakan dalam postingan kali ini. Para ayah normalnya memang secara alamiah: lebih sabar berlipat dari istri! Ini pada umumnya. Bahwa ada yang tidak sesuai yang umum, ya tetap normal saja. Meski tidak pernah belajar parenting ke sana kemari sekali pun. Ini normalnya loh! Bahkan setidaknya 3x lipat lebih sabar daripada ibu. Kenapa?

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan hal demikian. Faktor yang menjadi utama adalah tentang durasi pertemuan sang ayah untuk dapat bertemu dengan anak jauh lebih sedikit dibandingkan si ibu. Kekurangan waktu inilah yang kemudian dibayar dengan kesabaran dan juga rasa kasih sayang yang memang belum disalurkan sejak mereka berpisah dari pagi dengan anak.

Ini sekadar ilustrasi kasarnya saja. Jangan terlalu fokus ke akurasi angkanya saja, karena ini sekadar sampel ilustasi saja. Tiap keluarga bisa saja memiliki kondisi berbeda, ini hanya contoh pada umumnya.

Anggap di akhir pekan libur, Sabtu – Minggu, suami istri sama-sama punya skor yang sama berperan di keluarga. Lalu Pada hari kerja Senin – Jumat, katakanlah istri berperan sebagai ibu penuh waktu “mom stay at home”. Selama bangun dari subuh pukul 04.30 sampe anak tidur 21.00, jam dengan anak (asumi anak belum sekolah), maka jam pertemuan ibu dengan anak: 16,5 jam.

Ayah? Setiap Senin – Jumat katakanlah ayah ini menjadi ayah yang punya peran selain pencari nafkah, juga melibatkan diri berkontribusi dalam urusan keluarga. Setiap pagi, mulai bangun subuh, ngajak ke masjid, dan “quality time activity” lainnya di pagi hari 04.30-07.00, berarti jam pertemuan dengan anak 2,5 jam di pagi hari.

webinar umroh.com

Lalu di sore dan malam hari, pulang kerja sampai rumah pukul 18.00. Sejak pukul 18.00 asumsikan “doi” yang merasa bertanggung jawab ini, mengambil peran lagi, melaksanakan program 1821, ngajak anak ke masjid, menemani anak belajar, “story time”, mengantarkan anak ke tempat tidur sampai jam 21.00 berarti 3 jam.

Total jumlah pertemuan ayah dengan anak Senin-Jumat: 5,5 jam. Ibu? 16,5 jam. Kira-kira perbandinganya: 1:3.

Itu pun jika si ayah masih ngurus loh ya. Lah kalau mereka masih beranggapan urusan anak hanya urusan ibu gimana? Tentu akan berbeda lagi bukan hasilnya.