1
Sejarah Islam Travel

Mengenal Lebih Dalam Masjid Al Aqsha

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Masjid al-Aqsha (Masjidil Aqsha) adalah kiblat pertama umat Islam dan merupakan salah satu tempat Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra. Dalam as-Sirah, ketika menjelaskan peristiwa Isra Mi’raj, Ibnu Ishaq menuturkan, “Rasulullah SAW lalu diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yaitu Baitul Maqdis di Ilya.”

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami… (QS. al-Isra: 1)

Dikutip dari Ensiklopedia Sirah Nabi Muhammad SAW, bahwa disebut aqsha (terjauh) karena jauhnya jarak antara Masjidil Aqsha dengan Masjidil Haram. Bagi umat Islam, Masjidil Aqsha adalah masjid yang dimulaikan untuk diziarahi. Allah SWT menyebut Masjidil Aqsha sebagai tempat yang sekelilingnya diberkahi. Berkah tersebut mencakup keberkahan dalam bidang agama dan bidang dunia.

Keberkahan di bidang agama karena merupakan tempat turunnya para nabi, sedangkan keberkahan dunia karena dikelilingi oleh kebaikan-kebaikan duniawi, yaitu terdapatnya sungai-sungai, pohon-pohon, dan buah-buahan yang semua itu menjadi sebab terpenuhnya kehidupan dan bahan makanan.

Masjidil Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di atas bumi sebagaimana hadits Abu Dzar yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan muslim. Dia berkata, “Aku bertanya, ‘Waha Rasulullah! Masjid manakah yang pertama dibangun di mukan bumi?’ Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian masjid mana?’ Beliau menjawab, ‘Masjidil Aqsha.’ Aku bertanya lagi, ‘Berapa jarak (pembangunan) antara keduanya?” Beliau menjawab, ‘Empat puluh tahun.’”

Terdapat perbedaan pendapat mengenai siapakah yang pertama membangunnya. Pendapat pertama menyatakan bahwa yang pertama adalah salah seorang putra Nabi Adam AS. Pendapat kedua menyatakan bahwa yang pertama membangunnya adalah para malaikat kemudian sebagian besar para nabi merawatnya.

Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS memperkokoh bangunannya. Demikian pula yang dilakukan oleh Nabi Ya’qub AS dan dan yang dilakukan Nabi Dawud AS serta putranya, Nabi Sulaiman AS. ketika Umat Islam menaklukan Al-Quds pada tahun 15 Hijriah, Khalifah Umar ibnu al-Khaththab memasuki pelataran Masjidil Aqsha dan mengatakan, “Demi Allah! Inilah masjid Dawud AS, Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kami bahwa di sinilah beliau di-isra’-kan.” Umar ra lalu memerintahkkan agar Masjidil Aqsha dipugar.

Semenjak ditaklukkan oleh umat Islam, masjid tersebut menjadi perhatian para khalifah. Adapun yang paling terkenal melakukan pemugaran adalah al-Walid bin Abdil Malik yang berasal dari Daulah bani Umayah pada tahun 72 Hijriah.

webinar umroh.com

Pada tahun 1099 Masehi, Pasukan Salib menyerbu kota al-Quds, mengepung, mendudukinya, serta membantai laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Panglima Salib Raymonf memasuki pelataran Masjidil Aqsha di antara mayat-mayat yang berserakan dan darah yang mengalir. Al Quds jatuh di bawah pendudukan Tentara Salib selama 91 tahun.

Kegelapan al-Aqsha tidak berlangsung lama sebab atas izin Allah, pada tahun 1887 Masehi, Shalahuddin al-Ayyubi berangkat menuju al-Quds dan berhasil merebutnya kembali. Setelah itu, para khalifah Daulah bani Ayyubiyah memberikan perhatian terhadap Masjidil Aqsha.

Masjidil Aqsha (disebut juga dengan Baitul Maqdis dan al-Quda) sangat populer di Palestina dan dunia. Saat wilayah tersebut di bawah cenkeraman Yahudi-Israel. Masjidil Aqsha adalah satu dari tiga masjid yang menjadi tujuan perjalanan reliqi karena disunnahkan mendatangi dan berziarah ke sana.

Kota tempat Masjidil Aqsha berdiri disebut kota al-Quds, kaum Yahudi menyebutnya Yerusalem atau Orshalim. Sebuah nama berbahasa Kan’an Arab yang mereka ubah menjadi Orsalim. Sama halnya mereka mengubah Birsyabi dari yang semula Bi’r as-Sab’.

Masjidil Aqsha merintih dan meminta belas kasih dunia, semenjak Yahudi-Israel merampas dan menjajah al-Quds pada tahun 1967 Masehi.