1
Kesehatan Parenting

Kenali Stunting pada Balita

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO. Secara global sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting (UNICEF, 2013). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 Indonesia terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah presentase tersebut 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek. Prevalensi stunting ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2010 yaitu sebesar 35,6%.

Masa balita merupakan periode yang sangat peka terhadap lingkungan sehingga diperlukan perhatian lebih terutama kecukupan gizinya. Masalah gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Balita perlu pemberian makanan yang bergizi untuk menjadi nutrisi tubuh yang berguna dalam peroses pertumbuhannya. Penyediaan bahan dan menu makan yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan keluarga khususnya makanan yang dikonsumsi balita. Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi dan kemampuan seseorang menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi ibu memengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan, yang lebih lanjut akan memengaruhi keadaan gizi keluarganya.

Pemenuhan status gizi dapat terjadi dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak, baik faktor langsung maupun faktor tidak langsung. Budaya juga merupakan salah satu faktor tidak langsung yang memengaruhi status gizi anak. Budaya sebagai faktor yang memengaruhi sikap ibu di dalam menjalani masa kehamilannya, menjalani proses persalinan, serta dalam pengasuhan balita. Budaya, tradisi, atau kebiasaan yang ada dalam masyarakat seperti pantangan makan, dan pola makan yang salah dapat mengakibatkan munculnya masalah gizi terutama bagi balita. Hal ini dapat berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita.

Perlu adanya paparan terhadap informasi kesehatan terutama untuk upaya mencetak generasi yang berkualitas. Budaya yang dapat merugikan kesehatan perlu untuk dihilangkan dan berusaha melakukan kebiasaan yang sehat. Dukungan sosial baik dari orang sekitar menjadi kunci dalam menanggulangi permasalahan stunting.