1
Motivasi Parenting Tips

Motivasi dan Nasihat Untuk Para Ibu di Tengah Kondisi Zaman

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Bagi seorang wanita, tidak ada peran yang lebih mengagumkan selain peran seorang ibu. Peran menjadi seorang ibu menciptakan kehidupan yang baru, sejak pertama kali mengandung, melahirkan, kemudian merawat anak-anaknya. Tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah (Ummu wa rabbatul bait) serta pendidik pertama bagi anak-anaknya.

Seorang ibu yang menjalankan tugas pokok dan fungsinya seutuhnya, maka akan melahirkan generasi unggul yang dapat menentukan kualitas masyarakat dan negara. Tak pelak, seorang ibu (perempuan) diibaratkan tiang negara yang mampu mencerahkan peradaban.

/ Ibu di Tengah Zaman /

Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Namun peran ini mengalami tantangan yang berat di tengah dinamika saat ini.

Seorang ibu harus tetap menjadi sosok feminim yang lembut, penuh perhatian dan kasih sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suami dan anak-anak. Sementara nilai-nilai global semakin liberal, komplek, dan carut marut kian menyerang keluarga.

Seorang ibu bagaikan dahan pijakan bagi anak untuk meraih pucuk kehidupannya. Bila dahan itu lemah atau patah maka anak akan kesulitan, bahkan bisa jatuh bersamanya sehingga tidak sampailah dia ke puncak. Dengan perumpamaan ini, maka ibu senantiasa mengoptimalkan dirinya menjadi ibu yang handal.

Optimal dalam membangun dirinya, serta mengasah kecerdasan akalnya. Dan hal ini tidak dapat diraihnya tanpa menggali potensinya, tanpa pembinaan dan bimbingan yang menyeluruh dalam sendi-sendi kehidupannya.

/ Ibu Para Orang Hebat /

Salah satu contoh ibu yang berhasil menghantarkan orang-orang hebat adalah Ibunya Imam Syafi’i. Beliau membesarkan Imam Syafi’i tanpa suami dengan hidup yang serba kekurangan.

Beliau berjuang dan berusaha agar Syafi’i kecil mendapatkan pendidikan yang terbaik, sampai akhirnya menjadi Imam Besar hinga kini.

webinar umroh.com

Sama halnya dengan ibunya Imam Bukhari. Saat berusia 16 tahun, Beliau mengajak Imam al-Bukhari bersafar ke Mekah. Kemudian meninggalkan putranya di negeri Haram tersebut. Tujuannya agar sang anak dapat menimba ilmu dari para ualma Mekah. Dari hasil bimbingan dan perhatian ibunya, jadilah Imam al-Bukhari seperti yang kita kenal saat ini.Seorang ulama yang gurunya pernah mengatakan, “Tidak ada orang yang lebih hebat darinya (dalam ilmu hadits)”.

Satu lagi, ibunya Imam Ibnu Taimiyah yang terkenal dengan suratnya: “Demi Allah, seperti inilah caraku mendidikmu. Aku nadzarkan dirimu untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin. Aku didik engkau di atas syariat agama.

Wahai anakku, jangan kau sangka, engkau berada di sisiku itu lebih aku cintai dibanding kedekatanmu pada agama, berkhidmat untuk Islam dan kaum muslimin walaupun kau berada di penjuru negeri. Anakku, ridhaku kepadamu berbanding lurus dengan apa yang kau persembahkan untuk agamamu dan kaum muslimin.

Sungguh –wahai ananda-, di hadapan Allah kelak aku tidak akan menanyakan keadaanmu, karena aku tahu dimana dirimu dan dalam keadaan seperti apa engkau. Yang akan kutanyakan dihadapan Allah kelak tentangmu –wahai Ahmad- sejauh mana khidmatmu kepada agama Allah dan saudara-saudaramu kaum muslimin”.

Itulah surat yang ditulis Ibunda Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kepada dirinya, setelah Beliau memohon izin untuk tetap tinggal di Mesir. Surat ini memberikan kesan yang cukup mendalam kepada kita.

/ Ibu Berorientasi Akhirat /

Ibu shalihah yang berorientasi akhirat, lebih senang anaknya bermanfaat bagi orang banyak ketimbang untuk dirinya sendiri. Ia menjadikan anaknya investasi untuk kehidupan setelah kematian.

Sebetulnya, masih banyak lagi kisah-kisah perjuangan ibu yang menjadikan anak-anaknya generasi unggul pencerah peradaban. Kesemuaannya itu tentunya terjadi di dalam peradaban yang gemilang, yaitu peradaban Khilafah Islam.

Di dalam Khilafah, seorang ibu terbina dan terdidik dengan Islam, kuat dalam perjuangan dan berbagai cobaan kehidupan. Semoga saja peradaban gemilang era kekhilafahan itu segera datang, sehingga generasi pencerah peradaban itu pun bergelimang kembali. Wallaahu a’lam bishshawab.