تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
Nikahilah wanita penyayang dan bisa memberikan keturunan, karena sesungguhnya aku akan bersaing jumlah umat dengan umat-umat lain melalui kalian (HR. Abu Daud)
.
Mi’qal bin Yassar ra. menceritakan bahwa seorang pria mendatangi Nabi SAW. untuk menyampaikan kabar bahwa ia akan menikahi seorang wanita yang berparas menarik namun tak bisa memberikan keturunan. Nabi SAW. tidak menyukai hal tersebut lalu menyuruhnya untuk menikahi wanita yang penyayang dan bisa memberikan keturunan, maka Beliau bersabda dengan ucapan di atas.
.
Hadits di atas telah memberikan kita sebuah petunjuk bahwasannya dalam sebuah pernikahan, bukan hanya keturunan saja yang semata dicari dan bisa membahagiakan rumah tangga, tapi juga seorang istri yang memiliki sifat penyayang. Perlu kita ketahui, bukan saja istri yang membutuhkan kasih sayang dari suaminya, tapi seorang pria atau suami juga membutuhkan kasih sayang yang ingin mereka dapatnya dari istrinya agar rumah tangga dapat berjalan langgeng.
Hancurnya sebuah rumah tangga bukan saja karena disebabkan sifat kasar dari seorang pria atau suami, tetapi juga bisa berasal dari karakter seorang wanita atau istri yang miskin akan sifat kasih sayang. Dan yang lebih parah lagi apabila seorang istri tersebut memiliki beberapa sifat yang tidak baik seperti tinggi hati, tak mau mengalah, miskin empati pada suami, dan keras pada anak-anak.
.
Karenanya Nabi SAW. menganjurkan pada kaum pria untuk mencari pasangan yang memiliki sifat penyayang atau al-wadud, sekaligus memerintahkan para wanita untuk menghiasi perilaku mereka dengan sifat terpuji itu, karena merekalah sebaik-baik wanita yang disebutkan Nabi SAW.:
خَيْرُ نِسَائِكُمُ الْوَدُودُ الْوَلُودُ الْمَوَاتِيَةُ الْمُوَاسِيَةُ إِذَا اتَّقَيْنَ اللَّهَ
Sebaik-baik wanita di antara kalian adalah yang penyayang, memberikan keturunan, yang taat, dan yang suka membantu suaminya, jika bertakwa pada Allah SWT. (HR. Bayhaqiy)
.
-Mengapa Harus Wanita Penyayang?
.
Secara bahasa al-wadud bermakna al-mahab, berarti sayang. Menurut Abu Ishaq al-wadud bermakna fa’il atau pelakunya, artinya penyayang. Dalam Asma’ al-Husna terdapat sifat Allah al-Wadud yang bermakna yang menyayangi hamba-hambaNya yang soleh dan mencintai mereka (Syarh Asma’ al-Husna, Abu Ishaq az-Zujaj).
.
Cinta dan sayang dalam bahasa Arab ditemukan sekurangnya dalam dua kata; al-waddu dan al-hubbu. Ibnu al-‘Arabiy menjelaskan ada perbedaan makna antara al-waddu dengan al-hubbu. Yang dimaksud al-hubbu adalah cinta yang bersemayam dalam hati, sedangkan al-waddu adalah cinta yang nampak dalam perilaku (suluk).
Wanita yang terbaik, yang Nabi perintahkan untuk dinikahi, bukan sekedar wanita yang memendam cinta dalam hati pada pasangannya, tapi juga menampakkan rasa sayang dalam ucapan dan perilaku pada keluarganya.