Perang Badar yang terjadi di bulan Ramadhan juga menyisahkan kisah tentang para tawanan. Para tawanan yang merupakan kaum kafir Quraisy ini tentunya merupakan orang-orang yang sebelumnya memusuhi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Akan tetapi, ternyata sikap yang sebaliknya ditunjukkan oleh Rasulullah kepada para tawanan tersebut.
Paman Rasulullah Menjadi Salah Satu Tawanan Perang
Setelah Perang Badar terjadi, Nabi Muhammad tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur. Ternyata beliau sedang merasa gelisah karena pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib menjadi salah seorang tawanan perang Badar.
Walaupun ikut menjadi salah satu pasukan kaum kafir Quraisy, Rasulullah tahu bahwa pamannya itu merupakan orang yang baik. Pamannya itu memang tidak mau mengakui Islam dan masuk Islam. Namun ia tidak pernah menunjukkan sikap memusuhi kepada Nabi Muhammad dan pengikutnya. Alasannya untuk ikut Perang Badar itupun karena Abbas ingin melindungi kaumnya, bukan karena merasa benci terhadap Islam yang dibawa oleh Rasulullah.
Sahabat Melonggarkan Ikatannya
Karena Rasulullah tampak gelisah dan tidak bisa tidur, seorang sahabat bertanya kepadanya, mengapa ia tidak kunjung tidur dan beristirahat. Rasulullah menjelaskan bahwa ia tidak bisa tidur karena sepanjang malam mendengar jeritan Abbas bin Abdul Muthalib. Saat itu, para tawanan perang Badar memang diikat dengan ikatan yang begitu kencang sehingga mereka merasa kesakitan.
Sahabat yang mendengar jawaban tersebut kemudian segera melonggarkan ikatan pada Abbas. Rasulullah yang melihat ketika Sahabat tersebut kembali kemudian bertanya, mengapa suara jeritan Abbas tidak lagi terdengar. Sahabat itu pun berkata bahwa ia telah melonggarkan tali ikatan, sehingga Abbas tidak lagi kesakitan.
Rasulullah Minta Agar Seluruh Tawanan Dilonggarkan Ikatannya
Mendengar jawaban Sahabat tersebut, Rasulullah akhirnya merasa lega. Namun ada yang mengganjal pikiran beliau. Rasulullah kemudian menyuruh Sahabatnya itu untuk merenggangkan tali pengikat tawanan lainnya.
Rasulullah ingin agar tawanan lainnya juga merasakan keringanan yang diberikan kepada pamannya. Beliau kemudian meminta Sahabat nabi tersebut untuk melakukan apa yang ia lakukan pada Abbas bin Abdul Muthalib kepada semua tawanan lainnya.
Rasulullah pun berkata bahwa “Abbas adalah saudara Ayah kandungku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan menyakitiku”.
Abbas bin Abdul Muthalib merupakan saudara bungsu dari ayah Rasulullah, Abdullah bin Abdul Muthalib. Abbas sebenarnya merupakan seseorang yang sangat disayangi oleh Rasulullah, dan memiliki hubungan yang akrab dengan beliau setelah.
Setelab peristiwa itu, Abbas kemudian memeluk Islam. Ada ulama yang mengatakan bahwa Abbas masuk Islam setelah perang Badar, namun ada juga ulama yang mengatakan bahwa peristiwa masuk Islam dari Abbas bin Abdul Muthalib terjadi sesaat sebelum Fathu Makkah.
Dari sini, kita bisa melihat bahwa Rasulullah memiliki rasa kasih sayang, terutama kepada sanak saudaranya. Akan tetapi, perasaan tersebut tidak membuat Rasulullah membeda-bedakan perlakuan terhadap seseorang yang berstatus tawanan perang.
Tawanan perang lainnya, walaupun tidak memiliki hubungan darah dengan Rasulullah dan pernah bersikap kurang baik kepada Rasulullah, ternyata juga mendapat perlakuan yang baik dari Rasulullah. Inilah yang membuat kita harus mencontoh sikap lembut dan lapang dada dari Rasulullah.