1
News

Panggung Dongeng Lawas yang Kembali Hadir Menghibur Warga Irak

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Suasana nostalgia kembali dirasakan oleh masyarakat Irak saat melalui malam-malam di bulan Ramadan. Masyarakat Irak memiliki kebiasaan mendongeng cerita rakyat, dan dulu sempat mengisi kehidupan di sana sebelum adanya televisi.

Seperti di negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim, malam hari di bulan Ramadhan sering dimanfaatkan oleh masyarakat Irak untuk berkumpul dengan teman atau keluarga. Berbagai tempat, mulai dari rumah hingga restoran, tampak ramai dengan suasana yang hangat.

Dulu, Malam di Bulan Ramadhan Dimeriahkan oleh Panggung Dongeng

Satu atau dua generasi yang lalu, malam hari di bulan Ramadhan di Irak menjadi saat bagi Hakawati (pendongeng tradisional) untuk mengisi malam dengan berbagai kisah. Mulai dari legenda, berita lokal, hingga hikayat sejarah.

Salah satu lokasi tempat pentas mendongeng ini digelar adalah di kawasan utara Mosul. Mosul, yang kini dihuni sekitar 2 juta jiwa ini, menjadi pusat komersial dan cendekiawan di kawasan Timur Tengah sejak berabad-abad yang lalu. Di sana, biasanya ada seorang pendongeng tradisional yang memakai kostum peci merah di atas kepala, dengan jubah kuning yang menutup bahu. Pendongeng tersebut bernama Abdel Wahed Ismail.

Pendongeng Tergusur karena Adanya TV

Munculnya televisi dan radio di kawasan Mosul sekitar tahun 60-an, membuat para Hakawati tergusur dari tempatnya biasa berpentas, seperti kedai kopi atau restoran. Lokasi yang menjadi tempat orang-orang berkumpul menghabiskan waktu dengan keluarga dan sahabat itu dulu semarak dengan kisah-kisah yang diceritakan Hakawati.

Saat Ini Dihidupkan Kembali oleh Hakawati

Tradisi mendongeng itu kemudian mulai dihidupkan oleh Abdel Wahed Ismail, 2 tahun setelah Mosul dibebaskan oleh pasukan ISIS. Ia berusaha menghadirkan kembali permainan legendaris yang pernah hidup di masyarakat Irak kala itu.

Seniman yang sudah berusia 70 tahun tersebut kembali tampil di bangku putihnya yang sederhana. Di atas panggung, ia mengisahkan cerita-cerita rakyat dengan dialek Moslawi yang fasih.

Dituturkan oleh Ismail, ia telah melewati begitu banyak masa yang berbeda. Karena itu, ia mencoba untuk menyampaikan cerita tentang hal-hal baik kepada anak-anak muda yang menyaksikannya. Ismail yang sudah berusia senja itu telah menjadi saksi penggulingan berdarah rezim di Irak, serta serangkaian kudeta dan perang yang terjadi di negaranya sendiri.

webinar umroh.com

Menyelipkan Istilah yang Modern

Saat mengisahkan kisah-kisah tradisional yang kuno, Ismail dengan kreatif menyesuaikannya dengan perkembangan zaman. Ia bahkan menyelipkan istilah game online, seperti PUBG, agar lebih akrab diterima oleh anak muda yang menyaksikannya. Misalnya ketika ia mengisahkan tentang kisah ksatria Epik dari Timur Tengah Antar dan Abla, ia menyebutkan istilah PUBG agar anak-anak muda yang menyaksikannya lebih paham dengan apa yang diceritakannya.

Berdampak Positif untuk Masyarakat Irak

Panggung dongeng ini ternyata memiliki dampak yang positif bagi masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar untuk pertama kalinya, sejak invasi pada tahun 2013, berkumpul untuk mendengarkan dongeng. Mendongeng bisa menyatukan masyarakat Irak, dari yang tadinya memilih untuk berada di dalam tembok rumah, kini mau hadir dan menyaksikan panggung dongeng bersama.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.