Dahulu, Islam pernah berjaya di tanah Spanyol. Kejayaan Islam pernah terjadi di Spanyol, tepatnya di provinsi Andalusia. Di provinsi itulah ada dua kota yang menjadi saksi kejayaan di sana, yaitu Cordoba dan Granada.
Di tahun 900-an, tanah Andalusia mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan kerajaan Islam, Umayyah II. Kerajaan yang berpusat di Cordoba itu sempat menjadi pusat peradaban dan pusat rujukan bagi orang-orang yang ingin menimba ilmu pengetahuan. Kerajaan tersebut termasuk yang paling maju di Eropa kala itu.
Namun di tahun 1000-an, Daulah Umayyah II mengalami keruntuhan sehingga wilayahnya terpecah-peccah menjadi beberapa kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil itu sangat rentan diserang oleh kerajaan Kristen Eropa dari utara.
Dua ratus tahun berselang, kerajaan-kerajaan kecil tersebut berhasil ditaklukan oleh kerajaan Kristen dari Eropa. Kerajaan terakhir yang berhasil bertahan adalah Kerajaan atau Kesultanan Granada. Kerajaan itu berada di ujung selatan Andalusia.
Perjanjian dengan Kerajaan Castile
Granada memang berhasil menyelamatkan diri dari kehancuran. Ketika Cordoba akhirnya berhasil ditaklukan, Granada membuat perjanjian dengan kerajaan Castile, yang merupakan kerajaan Kristen terbesar di Eropa kala itu. Isi perjanjian itu adalah mengenai kesediaan Granada untuk tunduk kepada Kerajaan Castile, dengan membayar upeti berupa emas setiap tahun. Dengan perjanjian itu, Kerajaan Castile memberikan jaminan kemerdekaan bagi Granada dalam pemerintahan di dalam negerinya, serta Castile tidak akan menyerang Granada.
Granada berhasil selamat dari penyerangan kerajaan-kerajaan lain karena letaknya yang berada di kaki pegunungan. Letak geografis itu menyulitkan kerajaan-kerajaan lain yang hendak menyerang, sehingga melindungi Granada dari serangan kerajaan lain.
Upeti untuk Kerajaan Castile tetap diberikan Granada selama 250 tahun lamanya. Selama itu pula Granada sebenarnya selalu berada dalam bayang-bayang ancaman penaklukan. Hingga kemudian Kerajaan Castile semakin kuat saat Raja Ferdinand dari Aragon menikah dnegan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan keduanya sekaligus menyatukan dua kerajaan terbesar di Semenanjung Iberia. Kerajaan yang semakin kuat itu pun mengerahkan kekuatan untuk menaklukan Granada.
Terjadi Pertempuran
Terjadilah pertempuran antara Granada dan Kerajaan Spanyol itu. Peperangan tersebut berlangsung sengit. Secara kekuatan, jumlah pasukan dan perbekalan perang Granada jelas kalah jauh. Namun semangat masyarakat Granada sangat besar dan mereka pantang menyerah melawan invasi tersebut.
Prajurit dan warga biasa bersatu padu mempertahankan tanah kelahiran mereka. Potret semangat Granada tersebut direkam oleh ahli sejarah Spanyol. Ia menyebut bahwa orang muslim Granada kala itu mencurahkan seluruh jiwa dan raga dalam peperangan. Dengan berani mereka mempertahankan diri, istri, dan anak-anak mereka.
Kekuatan Granada di dalam negeri saat itu memang sedang tidak stabil. Para petinggi kerajaan itu sedang terlibat perselisihan karena masing-masing pemimpin dan gubernur memiliki ambisi masing-masing. Mereka berusaha melengserkan satu sama lain. Bahkan ada yang berperan sebagai mata-mata kerajaan Kristen dengan imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. Puncaknya di tahun 1483, terjadi pemberontakan oleh Sultan Muhammad kepada ayahnya, Sultan Granada kala itu. Pemberontakan itu yang kemudian mengakibatkan perang sipil di dalam kerajaan Granada.
Pemberontakan Didukung Raja Ferdinand
Situasi tersebut tidak dilewatkan oleh Raja Ferdinand. Perselisihan di dalam Granada dimanfaatkannya untuk melemahkan kerajaan Islam terakhir di Spanyol itu. Raja Ferdinand memberikan dukungan terhadap Sultan Muhammad yang memberontak terhadap ayah dan keluarganya. Hingga kemudian ia dibantu oleh pasukan Raja Ferdinand.
Sultan Muhammad akhirnya berhasil menaklukan Granada. Namun kekuasaannya hanya ada di Kota Granada. Pasukan Raja Ferdinand kala itu menekan dan menguasai wilayah pedesaan yang ada di sana.
Raja Ferdinand Meminta Wilayah Granada
Kekuasaan yang dirasakan Sultan Muhammad pun tidak berlangsung lama. Raja Ferdinand mengirimkan surat kepadanya dan memintanya menyerahkan Granada. Permintaan ini membuat Sultan Muhammad terkejut dan akhirnya ia sadar bahwa telah dimanfaatkan oleh Raja Ferdinand.
Sultan Muhammad kemudian meminta bantuan kepada kerajaan Islam yang ada di Timur Tengah. Ia mendapat kiriman pasukan, namun tidak sebanyak yang diharapkan. Jumlahnya masih belum bisa memperkuat pasukan Granada. Hingga kemudian pasukan Raja Ferdinand mengepung Granada di tahun 1491. Pasukan yang besar dan kuat itu akhirnya berhasil menekan Sultan Muhammad untuk menandatangani surat penyerahan Granada.
Granada Dikuasai Sepenuhnya
Beberapa bulan kemudian, pasukan Raja Ferdinand memasuki Kota Granada dan mengambil alih istana Alhambra. Di sana dipasang simbol-simbol kerajaan Aragon-Castile untuk menandai bahwa Granada telah dikuasai. Sultan Muhammad dan keluarganya kemudian diasingkan.
Raja Ferdinand sempat menjanjikan perdamaian dan toleransi di Granada, namun akhirnya banyak warga Islam yang terbunuh. Warga muslim Granada kemudian mengungsi menuju Afrika Utara, hingga kemudian Granada benar-benar dikuasai oleh para pendatang.