Gelar haji mabrur hanya untuk mereka yang ibadah hajinya diterima Allah SWT. Jadi selain menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, ibadah haji yang baik juga harus diniatkan untuk meraih ridha Allah. Sebelum beribadah haji mari kita ketahui dulu pengertian haji mabrur.
Pengertian Haji Mabrur
Dr. Asrorun Ni’am (Sekretaris Komisi Fatwa MUI) menjelaskan arti haji mabrur. Menurut bahasa, “Al Mabrur” adalah isim maf’ul dari akar kata “Al Birru”. Sementara arti dari “Al Birru” adalah kebaikan. Jadi “Al Hajjul Mabruru” artinya haji yang diberi kebajikan atau kebaikan.
Menurut istilah, pengertian haji mabrur adalah haji yang diterima Allah dan memiliki dampak yang baik. Dampak baik tersebut tampak pada diri sendiri serta bagi orang lain (bermanfaat bagi orang lain).
Baca Juga: Agar Ibadah Umroh & Haji Anda Mabrur, Bisa Pilih Paket Umroh di sini.
Langkah Untuk Mencapai Haji Mabrur
Setelah mengetahui pengertian haji mabrur, maka Anda bisa mengetahui langkah-langkah menjadi haji mabrur. Karena mencapai haji mabrur tidak mudah. Ada hal-hal yang harus diperhatikan, serta langkah untuk mempersiapkan haji yang mabrur. Di antaranya:
1. Menjaga Niat
Calon jamaah harus memastikan bahwa ia berniat haji hanya untuk Allah SWT. Pastikan untuk menjaga hati dari keinginan dipuji atau dimuliakan dengan gelar haji. Karena itu, calon jamaah harus benar-benar menjaga hati dan pikirannya sebelum, saat, dan setelah melaksanakan ibadah haji.
Agar memperoleh haji mabrur, pastikan tidak berangkat karena keinginan untuk dikagumi, hingga tidak ada perasaan riya’ atau ujub saat pulang dari Tanah Suci. Jika ada tujuan lain (selain Allah) saat menunaikan ibadah haji, bisa jadi waktu dan biaya yang dikorbankan untuk menunaikan haji tidak akan bernilai apapun.
2. Mendalami Agama Islam
Agar memperoleh haji mabrur, seseorang harus memiliki pemahaman yang baik mengenai ajaran Islam. Selain ajaran Islam pada umumnya, calon jamaah haji juga harus membekali diri dengan tata cara haji yang baik sesuai syariat. Dengan begitu, jamaah haji bisa melaksanakan ibadah dengan baik setibanya di Tanah Suci. Ilmu sangat penting untuk menggapai haji mabrur, karena amalan akan menjadi sia-sia atau berkurang nilai pahalanya jika tidak disertai dengan ilmu.
Pahami apa yang harus dilakukan sebagai jamaah haji, lewat pengetahuan tentang wajib dan rukun haji. Pelajari juga sunnah-sunnah yang bisa dilakukan saat beribadah di Tanah Suci.
Calon jamaah haji yang berhasil memperkaya diri dengan ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan haji, akan lebih mudah menghayati syi’ar-syi’ar Allah selama haji. Inilah yang akan membuatnya semakin dekat dengan Allah, dan semakin memahami bahwa hanya Allah yang berhak dimuliakan serta diibadahi.
Ia akan beribadah dengan tenang, khusyuk, dan penuh sikap pengagungan kepada Allah. Kondisi inilah yang membuat ibadah haji lebih mudah diterima dibandingkan jika melaksanakannya dengan tergesa-gesa dan hati yang kosong.
Baca Juga: Doa Haji Mabrur
3. Memastikan Berangkat dengan Rezeki yang Halal
Perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji memerlukan banyak pengorbanan, baik waktu maupun finansial. Haji membutuhkan banyak biaya. Agar mencapai haji mabrur, calon jamaah haji harus memastikan modal dana untuk menunaikan ibadah haji diperoleh dari rezeki yang halal.
Menggunakan uang haram (seperti tabungan yang tercampur bunga bank atau hasil riba dan perbuatan haram lainnya) untuk melaksanakan ibadah haji adalah hal yang dilarang. Bukan hanya haram, ibadah haji demikian akan membuat pengorbanan waktu dan tenaga jamaah tidak diterima. Amalan yang dilakukan selama haji juga akan sia-sia.
4. Meningkatkan Ibadah
Berusaha meningkatkan ibadah hingga titik puncak harus dilakukan oleh jamaah yang ingin mencapai haji mabrur. Karena itu, jamaah sebaiknya terbiasa dengan rutinitas ibadah yang banyak serta belajar untuk menyempurnakannya. Ketika melakukan ibadah haji, jamaah harus memastikan terpenuhinya syarat, rukun, serta wajib haji.
5. Menjauhi Larangan Haji
Ada tiga larangan dalam haji, yaitu rafats, fusuq, dan jidal. Ketiganya tidak boleh dilakukan selama melaksanakan ibadah haji.
Dalam surat Al Baqarah ayat 197, Allah berfirman yang artinya “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusuq, dan jidal”.
Ibnu Abbas menjelaskan: rafats adalah berhubungan seksual, fusuq artinya perbuatan maksiat, dan jidal berarti melakukan tindakan berbantah-bantahan.
Baca Juga: Larangan Haji yang Perlu Diketahu
Siapa yang Menentukan Mabrurnya Haji?
Jamaah bisa mengusahakan pelaksanaan haji yang sebaik-baiknya. Mulai dari terpenuhinya syarat, rukun, dan wajib haji. Semua itu akan berpengaruh pada sah atau tidaknya ibadah haji.
Akan tetapi, manusia biasa tidak memiliki pengetahuan untuk mengetahui apakah ibadah haji diterima atau tidak. Apakah kita memperoleh haji yang mabrur atau tidak. Diterimanya ibadah haji berkaitan erat dengan ibadah haji yang mabrur. Akan tetapi, diterima atau tidaknya ibadah haji merupakan kewenangan Allah.
Para ulama menekankan bahwa mabrurnya haji bisa dilihat dari perilaku jamaah haji setelah kembali dari Tanah Suci. Jika ia menjadi pribadi yang lebih baik, bisa jadi itu merupakan tanda diterimanya ibadah haji. Karena itu agar memperoleh haji mabrur, kita hendaknya selalu berdoa agar Allah berkenan menerima ibadah kita, serta menjaga ibadah dan perilaku, baik selama di Tanah Suci maupun di Tanah Air.