Seringkali mungkin kita tak menyadari bahwa kehidupan yang ada pada kita hari ini, dibentuk oleh kebiasan-kebiasaan yang telah kita terapkan di masa lampau. Dan ini tidak akan berhenti serta akan terus berlanjut selama jantung kita masih berdetak. Jika hari ini kita menjadi pribadi yang baik, maka itu adalah buah dari kebiasaan-kebiasaan kita. Dan sebaliknya pula jika hari ini kita menjadi pribadi yang buruk, maka itu juga merupakan buah dari kebiasaan-kebiasaan yang telah kita tanam.
Jika kita uraikan, maka habit atau kebiasaan merupakan sesuatu yang akan terus kita kerjakan secara berulang-ulang. Tak peduli apakah kita meyakininya sebagai suatu kebenaran atau tidak. Namun itu sudah jelas akan terjadi kepada kita. Sebagai contoh yang sederhana saja, apabila seseorang suka menunda-nunda dalam setiap pekerjaan, maka hal tersebut akan menjadi suatu kebiasaan,
Jika saat ini kita memiliki kebiasaan atau habit yang negatif, cobalah kita introspeksi dengan memeriksa masa lalu kita. Apabila sekarang kita suka menunda-nunda pekerjaan, bisa jadi mungkin ketika di sekolah dulu, kita juga memiliki kebiasaan suka menunda dalam mengerjakan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah.
Begitu juga dengan hal-hal lainnya. Coba kita beri contoh pada kebiasaan positif. Misalkan saja jika memiliki kebiasaan selalu rapi dalam setiap kesempatan, tentunya hal ini sudah menjadi kebiasaan hidup kita sejak lama. Karena sudah terbiasa dengan kondisi rapi, maka akan sulit rasanya jika harus tampil dalam kondisi berantakan.
Setuju atau pun tidak, tetap saja kita harus dapat menerima jika baik buruknya masa depan yang akan kita jalani nanti, sangatlah dipengaruhi oleh kebiasan-kebiasaan yang sering kita lakukan sekarang. Mungkin tak jarang juga dari kita semua yang pernah atau mungkin sering mendengar ungkapan demikian:
“Kita hari ini adalah buah dari kebiasaan-kebiasaan yang kita biasakan sejak masa lampau dan kita hari esok adalah buah dari kebiasaan-kebiasaan yang kita biasakan sejak hari ini. Entah itu baik atau buruk, ia akan menentukan siapa diri kita”
Sekarang marilah kita introspesi pada keadaan kita sekarang. Tanyalah pada diri kita sendiri beberapa hal: Bagaimana kita mengatur waktu? Bagaimana kita mengatur keuangan, membangun hubungan dengan orang tua, menjalin relasi dengan sahabat, membentuk hubungan dengan Allah SWT dalam ibadah yang kerap kita lakukan?
Menyenangkan atau menyedihkannya keadaan kita sekarang, begitu dipengaruhi atas sikap-sikap yang telah kita biasakan sejak dulu kala. Coba tanya apakah kita kerap melakukan perbuatan yang buruk? Contohnya saja malas dalam hal kebaikan, kerap menunda pekerjaan, boros memanfaatkan uang karena sering membeli hal-hal yang tidak perlu, malas beribadah, cuek atau acuh terhadap orang tua, kasar dalam bersikap dan berkata-kata.
Sekarang mari kita bandingkan semua kebiasaan yang ada pada diri kita ini. Coba lihat mana yang lebih banyak atau sering dilakukan antara kebiasaan baik dengan buruk yang ada dalam diri kita.
Apabila rupanya kebiasaan-kebiasaan buruk lebih banyak, jelas saja ini kabar buruk bagi kita. Namun tetap ada hal baiknya juga. Kita harus menyadari bahwa kebiasaan ternyata bisa diubah. Perubahan itu entah dari yang buruk menjadi baik maupun sebaliknya. Namun jika kita ingin menjadi pribadi yang baik, pastilah yang diubah kebiasaan buruk menjadi baik. Modalnya adalah tekad dan keinginan yang kuar dari dalam kita.
Dengan begitu, kita dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada pada diri kita dan menggantinya dengan membentuk kebiasaan-kebiasaan baik. Meskipun ini tidak mudah, tetapi yakinlah hal itu bisa dilakukan dengan bermodalkan keinginan dan tekad yang kuat serta niat yang sungguh-sungguh.