Di masa permulaan dakwah, Rasulullah SAW menyebarkan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah berdakwah kepada keluarganya terlebih dahulu. Seiring dengan berjalannya waktu, Rasulullah mulai menyebarkan Islam kepada tetangga dan kerabatnya yang lainnya.
Dakwah Rasulullah yang sembunyi-sembunyi itu kemudian mulai terbuka ketika Allah menurunkan perintah kepada Rasulullah. Allah mengutus Rasulullah untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat Mekkah secara terang-terangan dan lebih luas.
Ditentang Banyak Pihak
Perintah untuk mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini mendapat tentangan dari banyak pihak. Banyak orang Mekkah yang akhirnya menentang dan memusuhi Rasulullah ketika pertama kali mencoba berdakwah di kota tersebut. Beragam alasan menjadi dasar mereka melakukan penentangan terhadap dakwah Rasulullah. Mulai dari ketakutan akan kehilangan kedudukan, pengaruh, hingga takut akan kehilangan harta yang mereka miliki.
Ketakutan yang mereka rasakan membuat mereka memusuhi Rasulullah dan Islam. Mereka menyiksa Rasulullah, mengancam untuk membunuh, hingga berusaha menyuap Rasulullah. Namun upaya itu tidak menggoyahkan langkah Rasulullah.
Hal yang Diajarkan Rasulullah
Ada dua hal utama yang diajarkan Rasulullah saat berdakwah. Pertama adalah kepercayaan terhadap keesaan Allah. Ketika Rasulullah berdakwah pada masyarakat Mekkah, mereka banyak yang melakukan perbuatan Syirik. Mereka telah melenceng dari ajaran Nabi dan Rasul terdahulu, yang mengajarkan bahwa Allah adalah satu.
Banyak warga Mekkah yang menyembah patung berhala yang mereka buat sendiri. Orang-orang yang menyembah Allah masih ada, namun jumlahnya tidak banyak, sehingga mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengajak masyarakat Mekkah kembali ke jalan yang benar. Ketika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditunjuk Allah, beliau mulai berani menyeru kepada masyarakat Mekkah untuk kembali kepada ajaran untuk mengesakan Allah.
Kala itu, Rasulullah berdakwah dengan mengajak masyarakat Mekkah memperhatikan alam raya yang teratur, dan tidak Saling bertabrakan. Dikisahkan dalam Al Qur’an, saat itu Rasulullah mengajak masyarakat Mekkah membayangkan jika dunia dan langit memiliki Tuhan-tuhan selain Allah. Tentunya alam semesta akan hancur berantakan karena tidak teratur.
Agar masyarakat Mekkah mulai meninggalkan berhala yang disembahnya, Rasulullah mengingatkan mereka bahwa patung, yang mereka buat dan disembah itu, tidak memiliki kekuatan apapun. Kisah tersebut tercantum dalam surat Al Hajj ayat 73. Kala itu Rasulullah menjelaskan bahwa patung berhala yang mereka buat tidak dapat menciptakan seekor lalat, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.
Hal kedua yang diajarkan Rasulullah adalah tentang kepercayaan terhadap hari akhir. Rasulullah banyak mengingatkan masyarakat Mekkah tentang adanya hari kiamat, kebangkitan manusia setelah mati, dan adanya hisab untuk mempertanggungjawabkan segala amal yang telah dilakukan manusia di dunia.
Segala cara telah Rasulullah lakukan, termasuk menyampaikan perihal tentang kebangkitan, kematian, dan hari kiamat yang ada dalam Al Qur’an. Namun kaum kafir Quraisy saat itu tetap tidak mempercayai Rasulullah. Bahkan mereka menantang Rasulullah untuk menghidupkan kembali nenek moyang mereka yang telah meninggal, serta menyuruh untuk memberitahu kapan datangnya hari kiamat. Mereka yakin bahwa kebangkitan setelah kematian adalah sesuatu yang tidak logis dan tidak bisa ditangkap nalar. Mereka menganggap bahwa Rasulullah hanyalah orang yang berkhayal dan menyampaikan sesuatu yang tidak masuk akal. Bagi mereka, kehidupan hanya ada di dunia saja
Selain mengajarkan dua hal utama di atas, Rasulullah juga menekankan tentang pentingnya akhlak dan berbuat baik kepada sesama. Penolakan dari masyarakat Mekkah tidak membuat Rasulullah menyerah dan terus berjuang, hingga akhirnya Islam bisa diterima sampai hari ini.
