1
Motivasi Muslim Lifestyle News

Perkuatlah Ukhuwah Terhadap Sesama Muslim

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Hari-hari terakhir ini umat tengah dilanda musibah yang tak kalah membuat resah. Tak kalah membuat sedih dibandingkan dengan gempa bumi dan tsunami. Musibah yang dimaksud adalah makin rapuhnya ukhuwah islamiyah dan makin menguatnya ‘ashabiyah.

Karena ‘ashabiyah, antarkelompok umat Islam bisa saling mem-bully. Karena ‘ashabiyah mereka bisa saling mencaci. Karena ‘ashabiyah pula mereka bahkan bisa saling mempersekusi. Semua itu acapkali dibumbui oleh slogan-slogan nasionalisme, fanatisme organisasi, sentimen mazhab dll. Singkatnya, saat ini sikap ‘ashabiyah begitu mendominasi. Sebaliknya, akhuwah islamiyah seolah makin tereliminasi.

Di Tanah Air, slogan “NKRI harga mati”, misalnya, seolah cukup menjadi alasan bagi sekelompok umat Islam untuk menista kelompok umat Islam lain yang menyerukan penerapan syariah Islam. Seolah-olah penerapan syariah Islam akan menghancurkan negeri ini. “Saya Pancasila” juga seperti menjadi slogan sakti untuk mempersekusi siapa saja yang dituding anti Pancasila. Di antaranya mereka yang menyerukan dan mendakwahkan Khilafah. Seolah-olah Khilafah bertentangan dengan Pancasila. Padahal Khilafah adalah ajaran Islam, sementara mereka sering mengklaim bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam.

Yang tak kalah menyedihkan, kebencian terhadap kelompok umat Islam lain seperti SUATU ORMAS ISLAM seolah menjadi alasan kuat untuk melakukan kriminalisasi terhadap segala hal yang berhubungan dengan SUATU ORMAS ISLAM. Termasuk membakar Bendera Tauhid yang dituding sebagai bendera SUATU ORMAS ISLAM. Padahal SUATU ORMAS ISLAM sama sekali tak punya bendera. Bendera al-Liwa’ dan ar-Rayah yang bertuliskan kalimat tauhid Lâ ilâha illaLâh Muhammad rasûlulLâh adalah bendera seluruh kaum Muslim, bukan bendera SUATU ORMAS ISLAM.

-Buang ‘Ashabiyah!

Rasulullah saw. bersabda:

Siapa saja yang mati/terbunuh di bawah panji buta, dia marah karena ‘ashabiyah, atau berperang karena ‘ashabiyah, atau menyerukan ‘ashabiyah maka matinya adalah mati jahiliah (HR Ahmad).

Hadis di atas menjelaskan antara lain: Pertama, kaum Muslim haram memerangi—termasuk mempersekusi—kaum Muslim lainnya semata-mata atas dasar sikap ‘ashabiyah. Kedua, kaum Muslim haram menyerukan ‘ashabiyah, termasuk membela dan berperang atas dasar ‘ashabiyah.

webinar umroh.com

Imam an-Nawawi di dalam Syarh Shahîh Muslim menyatakan, “Râyah ‘ummiyyah adalah perkara buta yang tidak jelas arahnya.

Mula Ali al-Qari di dalam Mirqah al-Mafâtîh mengatakan, “Di dalam kamus, al-‘ummiyyah artinya kesombongan (al-kibr) dan kesesatan (adh-dhalâl).”

Menurut ath-Thaibi, “Sabda Rasul saw. ‘tahta râyah ‘ummiyyah’ merupakan kinâyah (kiasan) atas jamaah yang berhimpun di atas perkara tidak benar alias batil.”

Karena itu sikap ‘ashabiyah itu harus dibuang dan dicampakkan seperti yang diperintahkan oleh Rasul saw. Dalam hal ini Jabir ra. pernah menuturkan bahwa dalam satu pertikaian, seorang Muhajirin mendorong tubuh seorang Anshar. Lalu orang Anshar itu berkata, “Tolonglah, hai Anshar!” Orang Muhajirin itu pun berkata, “Tolonglah, hai Muhajirin!” Mendengar itu Rasulullah saw. bersabda:

“Ada apa dengan seruan jahiliyah itu?” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, seseorang dari Muhajirin memukul punggung seseorang dari Anshar.” Beliau bersabda, “Campakkan itu. Sebab itu muntinah (tercela, menjijikkan dan berbahaya)!” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Rekatkan Ukhuwah

Allah SWT berfirman:

Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara… (TQS al-Hujurat [49]: 10).

Syaikh Abdurrahman Nashir bin as-Sa’di dalam tafsirnya, Taysîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâmi al-Mannân, menjelaskan ayat di atas, “Inilah ikatan yang Allah ikatkan di antara kaum Mukmin. Jika ada pada seseorang di manapun, di timur dan barat bumi, serta ada pada dirinya iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan Hari Akhir, maka sesungguhnya ia adalah saudara bagi kaum Mukmin yang lain. Persaudaraan ini mewajibkan kaum Mukmin mencintai untuk dia apa saja yang mereka cintai untuk diri mereka sendiri dan membenci untuk dia apa saja yang mereka benci untuk diri mereka sendiri.”

Islam menghendaki agar persaudaran karena iman atau yang sering disebut ukhuwwah islâmiyah itu tidak berhenti sebatas ucapan, namun harus mewujud secara nyata dalam tindakan dan realita kehidupan. Ukhuwah islamiyah harus mewujud antara lain dalam bentuk saling membela dan saling tolong-menolong di antara kaum Mukmin tanpa dibatasi oleh ikatan-ikatan lainnya. Rasulullah saw. menggambarkan kaum Muslim layaknya satu bangunan yang saling menopang satu sama lain:

Sungguh kaum Mukmin itu seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ahmad).

Rasul saw. juga menggambarkan kaum Mukmin layaknya satu tubuh:

Sungguh seorang Mukmin bagi Mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang Mukmin akan merasakan sakitnya Mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala (HR Ahmad).

Rasul saw. juga bersabda:

Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu organ sakit maka seluruh tubuh demam dan tak bisa tidur (HR Muslim dan Ahmad).

Seperti itulah seharusnya persaudaraan kaum Muslim. Ukhuwah islamiyah itu harus lebih diutamakan di atas persaudaraan karena ikatan lainnya, termasuk ikatan nasionalisme, keorganisasian, mazhab, dll. Seluruh kaum Muslim di seluruh dunia—tak hanya di negeri ini—harus merasa layaknya satu tubuh. Penderitaan yang menimpa sebagian kaum Muslim di suatu tempat, di suatu negeri, harus juga dirasakan oleh seluruh kaum Muslim lainnya. Semua itu tidak lain karena dorongan iman mereka. Persaudaraan mereka adalah persaudaraan karena iman. Perwujudan ukhuwah islamiyah seperti yang digambarkan di atas menunjukkan kualitas keimanan kaum Muslim.