Puasa Asyura merupakan puasa sunnah yang dianjurkan. Rasulullah bersabda bahwa puasa Asyura bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.
Waktu Pelaksanaan
Karena itu, sebaiknya kita tidak melewatkan Puasa Asyura. Puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram.
Niat Puasa Asyura
Untuk melakukan ibadah, diperlukan niat tulus ikhlas karena Allah. Niat bisa dilakukan hanya di dalam hati, bisa juga ditambah dengan dilafalkan. Berikut ini niat yang bisa dilafalkan.
نوَیْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سَُّ نةِ العَا شُورَاء ﷲِِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnatil ‘aasyuuraa lillaahi ta‘aala
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Baca juga: Bacaan Al Quran Lengkap Beserta Artinya Bisa Didapatkan di Sini
Selain niat yang dilafalkan sehari sebelumnya, ada juga niat yang dilafalkan tepat saat puasa Asyura. Karena bisa jadi kita lupa, sehingga tak sempat melafalkan niat sehari sebelumnya. Jika niat puasa baru terpikir pada pagi harinya, ucapkanlah lafal berikut.
نَوَیْتُ صَوْمَ هَذَا الیَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سَُّ نةِ العَا شُورَاء ﷲِِ تَعَالَى
Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i sunnatil ‘aasyuuraa lillaahi ta‘aala
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura hari ini karena Allah SWT”
Sejarah
Umroh.com merangkum, berawal saat Rasulullah melaksanakannya ketika masih tinggal di Mekah. Mereka melakukan puasa di tanggal 10 Muharram memang sudah biasa dilakukan kaum Quraisy sejak sebelum Islam hadir.
Setiba di Madinah, Rasulullah tetap berpuasa. Rasulullah kemudian mengetahui bahwa kaum Yahudi juga berpuasa pada 10 Muharram atas perintah Nabi Musa. Mengetahui kisah tersebut, Rasulullah mengutus para Sahabat untuk melakukan puasa di tanggal 10 Muharram.
Ketika turun perintah melaksanakan ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan. Perintah tersebut kemudian dibolehkan untuk ditinggalkan. Dari Aisyah, dijelaskan bahwa Rasulullah berkata, “Barangsiapa yang mau melaksanakannya (Puasa Asyura), silakan berpuasa. Barangsiapa yang tidak mau, silakan meninggalkannya”.
Mulai Diperintahkan di Madinah
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah setiba di Madinah melihat orang Yahudi berpuasa di tanggal 10 Muharram. Rasulullah lalu bertanya kepada kaum Yahudi, hari apakah saat mereka melakukan puasa itu.
Orang-orang Yahudi berkata, “Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya”. Orang Yahudi meyakini bahwa di tanggal 10 Muharram itulah Allah menenggelamkan Fir’aun dan tentaranya dengan mukjizat yang luar biasa. Karena itu Nabi Musa memerintahkan kaumnya berpuasa di tanggal 10 Muharam sebagai tanda syukur kepada Allah.
Mendengar kisah orang Yahudi, Rasulullah menyampaikan pada para Sahabat bahwa kaum muslimin seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Nabi Musa dibanding kaum Yahudi. Karena itu, Rasulullah memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk berpuasa di tanggal 10 Muharram.
Saat itu, perintah tersebut adalah hal yang sangat utama. Bahkan para Sahabat memerintahkan anak-anaknya yang masih kecil untuk ikut berpuasa.
Perintah dari Rasulullah itu bukan berarti meniru kaum Yahudi. Menurut Imam An Nawawi, Rasulullah melakukan puasa itu berdasarkan wahyu. Selain karena sudah dilaksanakan sejak masih tinggal di Mekah, Rasulullah juga menerima berita mutawatir (yang berasal dari jalur yang sangat banyak). Perintah puasa Asyura juga berasal dari ijtihad yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, dan bukan semata karena cerita dari seorang Yahudi.
Digantikan Perintah Puasa Ramadhan
Perintah puasa wajib di bulan Ramadhan kemudian turun di tahun kedua Hijriyah. Saat perintah ini turun, Rasulullah tidak lagi memerintahkan kaum muslimin berpuasa Asyura. Beliau membebaskan untuk melakukannya bagi yang ingin, dan meninggalkannya bagi yang tidak ingin melakukannya.
Baca juga: Inilah 5 Keutamaan Puasa Muharram
Diturunkannya perintah puasa wajib di bulan Ramadhan, serta perubahan penekanan terhadap perintah puasa Asyura, membuat para ulama berbeda pendapat mengenai hukum puasa Asyura. Para ulama masih berbeda pendapat mengenai hukum puasa sebelum turunnya perintah puasa Ramadhan (apakah wajib kemudian menjadi sunnah, atau sunnah muakkad menjadi sunnah). Namun intinya, Puasa Asyura menjadi puasa yang dianjurkan hingga saat ini.
Dilakukan dengan Puasa Tasu’a
Perintah Rasulullah untuk melaksanakan puasa Asyura di tanggal 10 Muharram mendapat pertanyaan dari para Sahabat. Mereka menduga ibadah tersebut nantinya akan sama dengan ibadah orang Yahudi dan Nasrani yang memuliakan tanggal 10 Muharram.
Baca juga: Perlu Diketahui, Ini Hal Istimewa dari Bulan Muharram
Rasulullah kemudian menganjurkan untuk melaksanakan puasa Asyura diikuti dengan puasa Tasu’a di hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram. Tujuannya untuk membedakan ibadah puasa Asyura umat muslim dengan kaum Yahudi. Saat menganjurkan puasa Tasu’a, Rasulullah bertekad akan melaksanakannya di tahun depan. Rasulullah berkata, “Apabila tiba tahun depan, Insyaa Allah kita akan berpuasa pula pada hari ke sembilan”.
Sayangnya, Rasulullah tidak sempat berpuasa Tasu’a. Beliau telah wafat sebelum sempat melaksanakannya.
Puasa di Bulan yang Mulia
Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Berpuasa di bulan Muharram ini merupakan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan.
Rasulullah bersabda, “Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam. Dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (Muharram)”.
Muharram disebut ‘bulan Allah’ atau Syahrullah karena nama ‘Muharram’ sendiri merupakan satu-satunya nama Islam di antara nama bulan lainnya dalam tahun Qomariyah.
Nama itu diberikan setelah Islam hadir, untuk menggantikan nama bulan yang dahulu bernama Safar Awal.
Kata ‘Haram’ dalam nama bulan itu juga menunjukkan bahwa bulan Muharam sangat dimuliakan. Di bulan haram atau bulan yang dimuliakan tersebut, umat Islam dilarang melakukan perbuatan dzalim. Perbuatan dzalim akan diganjar dengan dosa yang berlipat ganda. Akan tetapi, perbuatan sholeh atau amal baik yang dilakukan di bulan haram juga akan mendapat pahala yang berlipat ganda.
Menghapus Dosa Setahun Sebelumnya
Jika melaksanakan puasa Asyura, maka dosa yang akan dihapus adalah dosa setahun sebelumnya. Rasulullah pernah bersabda, bahwa dengan melakukan puasa Asyura, beliau berharap (memohon) kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
Baca juga: Pentingnya Puasa Muharram, Apa Saja?
Imam An Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari hadist tersebut adalah bahwa keutamaan itu adalah dihapuskannya semua dosa-dosa kecil. Bahkan bisa dikatakan bahwa puasa Asyura akan membantu untuk menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar.
Puasa yang Sangat Diperhatikan Rasulullah
Saat perintah puasa Asyura diberikan, Rasulullah sangat menekankan puasa ini kepada para Sahabat. Para Sahabat pun sampai memerintahkan agar anak-anak kecil untuk melaksanakannya.
Ibnu Abbas menjelaskan tentang keutamaan Puasa Asyura tersebut. Ia menuturkan, “Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari Asyura dan puasa bulan Ramadhan”.
Dilakukan sebagai Rasa Syukur Nabi Musa karena Telah Diselamatkan Allah
Puasa Asyura di tanggal 10 Muharram sebenarnya sudah lama dilakukan sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Masyarakat Quraisy di Mekah juga melakukan puasa di hari Asyura.
Selain sudah beliau lakukan saat masih tinggaldi Mekah, Rasulullah mendapat informasi dari kaum Yahudi ketika beliau tiba di Madinah. Saat itu, Rasulullah juga melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa di tanggal 10 Muharram.
Rasulullah kemudian bertanya kepada salah seorang dari mereka. “Puasa apa yang kalian lakukan pada hari ini?”, tanya Rasulullah.
Orang-orang Yahudi kemudian menjawab, bahwa hari ini (hari mereka berpuasa di tanggal 10 Muharram) adalah hari yang baik. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran Fir’aun. Atas izin Allah, Nabi Musa diberi mukjizat membelah Laut Merah sebagai jalan untuk menyelamatkan Bani Israil, namun Laut Merah kemudian menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya.
Atas pertolongan itu, Nabi Musa kemudian memerintah kaumnya untuk berpuasa di setiap tanggal 10 Muharram. Puasa tersebut dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah.
Baca juga: Jadwal Sholat Lengkap di Daerah Anda Semuanya Ada di Sini
Rasulullah kemudian memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa juga di tanggal 10 Muharram. Menurut beliau, kaum muslimin lebih berhak dan lebih dianjurkan untuk melakukan puasa tersebut.
Pernah Menjadi Puasa yang Sangat Dianjurkan
Perintah puasa di tanggal 10 Muharram itu menunjukkan keutamaan puasa Asyura. Bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa puasa Asyura sempat menjadi puasa yang diwajibkan bagi kaum muslimin.
Akan tetapi, perintah puasa Asyura kemudian berganti dengan puasa wajib sebulan penuh di bulan Ramadhan. Puasa Asyura kemudian menjadi puasa yang tidak lagi begitu ditekankan. Siapa yang ingin boleh melaksanakannya, namun ditinggalkan tidak masalah.