1
Doa

Ini yang Perlu Anda Tahu tentang Puasa Muharram

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Dalam Islam, ada bulan haram yang dimuliakan. Allah berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…” (QS.At Taubah ayat 36). 

Baca juga: Sejarah Tahun Baru Islam yang Wajib Diketahui

Sementara Rasulullah SAW bersabda, “Dalam satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram, tiga bulan secara berurutan adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajabnya Mudhor yang berada di antara Jumada dan Sya’ban” (HR.Bukhori). 

Dilarang Bermaksiat di Bulan Haram, dan Dianjurkan Banyak Beramal Sholeh 

Umroh.com merangkum, hal yang perlu diperhatikan selama bulan haram adalah larangan bermaksiat dan berbuat dzalim. Para ulama menjelaskan bahwa berbuat maksiat di bulan haram akan membuat kita mendapatkan dosa berlipat ganda. Sebaliknya, setiap amal sholeh akan diganjar pahala berlimpah. 

puasa muharram

Ibnu Abbas menjelaskan, “Allah memuliakan kehormatan bulan haram, sehingga dosa yang dilakukan pada bulan-bulan tersebut lebih berat. Demikian juga amal sholeh dan pahala menjadi lebih berlipat”.

Karena itu, umat muslim hendaknya selalu mengingat nasihat ini dan berusaha tidak melakukan dosa. Sebaliknya, kita harus berusaha memperbanyak amal sholeh di bulan haram, termasuk bulan Muharram. 

Baca juga: Bacaan Al Quran Lengkap Beserta Artinya Lihat di Sini

Berpuasa, Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram 

Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Muharram adalah berpuasa. Puasa Muharram punya posisi paling utama setelah puasa Ramadhan. Dituturkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah (yang bernama Muharram)” (HR.Muslim). 

webinar umroh.com
puasa muharram

Puasa Muharram menjadi istimewa karena dilakukan di bulan Allah (Syahrullah). Bulan Muharram disebut juga bulan Allah karena nama Muharram adalah satu-satunya nama Islam (pemberian Allah) di antara nama bulan lainnya. Nama bulan lain dalam penanggalan Qomariyah sudah ada sejak zaman Jahiliyah, kecuali Muharram. Nama ini baru digunakan sejak Islam datang, untuk menyebut nama bulan yang mulanya bernama Safar Awal. 

Niat Puasa Asyura 

Niat berpuasa di tanggal 10 Muharram (Puasa Asyura) boleh dilafalkan, untuk membantu kemantapan hati. Berikut adalah lafalnya.

 نوَیْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سَُّ نةِ العَا شُورَاء ﷲِِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ 

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.” 

Sementara lafal niat Puasa Muharram di tanggal 9 (Puasa Tasu’a) adalah sebagai berikut: 

 نَوَیْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أدَاءِ سَُّ نةِ التَا سُوعَاء ﷲِِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ 

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.” 

Baca juga: Bunyi Niat dan Bacaan Puasa Asyura

Waktu Puasa Muharram 

Hadist sebelumnya menganjurkan kita memperbanyak puasa di bulan Muharram. Namun tidak ada riwayat tentang Rasulullah berpuasa sebulan penuh untuk melaksanakan Puasa Muharram. Karena itu, anjuran dalam hadist tersebut amat baik jika dilaksanakan, tetapi bukan untuk satu bulan penuh. 

Puasa muharram yang banyak dilaksanakan adalah puasa Tasu’a dan puasa Asyura. Kedua puasa ini pernah dijelaskan Rasulullah dalam sabda beliau, “..Dan puasa di hari Asyura, saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu”.  

Puasa Asyura sebenarnya sudah dilakukan masyarakat Quraisy di zaman Jahiliyah. Dituturkan oleh Aisyah, Rasulullah juga puasa pada hari tersebut. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah juga memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa. Dan ketika perintah puasa Ramadhan turun, Rasulullah tidak lagi berpuasa Asyura. Inilah yang membuat puasa Asyura disunnahkan. Aisyah menuturkan, “barangsiapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Bagi yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya”. 

Dikisahkan bahwa hari Asyura sebenarnya hari yang diagungkan orang Yahudi. Para Sahabat pun bertanya saat Rasulullah memerintahkan puasa Asyura. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”.

Rasulullah lalu menambahkan anjuran untuk berpuasa sehari sebelumnya, sebagai pembeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Rasulullah berkata, “Apabila tahun depan, Insyaa Allah kita akan berpuasa dengan tanggal 9 Muharram”. Sayangnya, belum tiba tahun yang direncanakan, Rasulullah telah wafat.

Baca juga: Ini Keistimewaan Bulan Muharram

Selain berpuasa di tanggal 9 dan 10 Muharram, ada lagi anjuran untuk melakukan Puasa Muharram di tanggal 11. Hadist riwayat Ibnu Abbas menyatakan, “Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya, atau berpuasalah setelahnya satu hari”.

Walaupun hadist itu bersifat lemah atau dhoif, namun tetap dibolehkan melaksanakannya. Para ulama beranggapan bahwa tanggal 11 masih masuk bulan Muharram, dan ibadah Puasa Muharram adalah amalan yang sangat dianjurkan. Selain itu, berpuasa sehari dan setelah tanggal 10 bisa menjadi puasa penghapus keraguan akan ketepatan jatuhnya hari Asyura.

Kesimpulannya, tidak disarankan (makruh) berpuasa hanya di tanggal 10 Muharram. Sebab serupa dengan hari yang dimuliakan umat Yahudi. Akhirnya umat islam disarankan berpuasa selama 3 hari (tanggal 9, 10, 11 Muharram), atau puasa tanggal 9 dan 10 Muharram, atau puasa tanggal 10 dan 11 Muharram.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.