Apa yang anda lakukan ketika anak berbuat kesalahan? Misalnya berkata kasar, membanting barang, hingga memukul saudaranya. Apakah anda langsung marah-marah dan membentaknya, atau memilih untuk mendiamkannya?
Salah satu cara yang disarankan adalah dengan langsung menegurnya dan mengajaknya berdiskusi. Berdiskusi penting agar ia mengetahui di mana letak kesalahannya, dan mengapa hal tersebut salah.
Baik dilakukan langsung setelah anak berbuat kesalahan, atau menunggu hingga anak lebih tenang, diskusi tersebut harus dilakukan agar anak mengerti pola pikir seperti apa yang harus ia miliki. Dengan begitu, ia akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang baik.
Di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan orang tua untuk menegur anak ketika mereka berbuat kesalahan.
“Menurut Adik, di Mana Salahnya?”
Bantu anak mengidentifikasi perilaku mana yang tidak baik. Selain membuat anak mengerti perilaku mana yang tidak baik, ia juga akan belajar untuk mengakui kesalahannya.
Jika ia belum mampu menyebutkan kesalahannya dengan tepat, minta ia untuk memikirkannya. Banyak orang menyebut metode ini dengan nama metode “time-out”, di mana orang tua menyediakan tempat khusus bagi anak ketika ia melakukan kesalahan. Bukan untuk mengasingkannya, namun memintanya merenungi bagian mana dari perbuatannya yang melanggar norma atau peraturan.
“Kenapa Hal Itu Salah?”
Ketika anak sudah memberikan jawaban yang tepat, orang tua bisa memancing percakapan dengan bertanya, “Mengapa hal tersebut salah dan melanggar peraturan?”. Dengarkan jawaban anak, lalu jika jawabannya kurang tepat jangan hakimi dia. Orang tua cukup memberikan panduan-panduan, dan mengarahkan pemikirannya agar ia berhasil mencapai kesimpulan yang tepat.
Misalnya ketika anak berkata kasar, dan ia mengetahui bahwa kata-kata kasarnya melanggar peraturan, orang tua bisa bertanya “kenapa berkata kasar itu tidak baik?”.
Ketika akhirnya anak berhasil menyebutkan alasan mengapa hal tersebut salah, kesalahan tersebut dengan perintah dari Allah. Misalnya ketika ia berkata bahwa berkata kasar bisa menyakiti hati orang lain, maka kaitkan dengan perintah Allah untuk berkata lembut. Jelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang suka berkata kasar.
Pertanyaan ini bisa membantu anak melihat secara logis alasan di balik sebuah perintah dan larangan. Anak akan memahami dan ia jadi lebih mudah untuk menaati peraturan-peraturan di kemudian hari.
“Lain Kali Harus Bagaimana?”
Ketika anak akhirnya memahami tentang perbuatan salahnya, dan mengapa perbuatan tersebut dinilai salah, orang tua bisa menuntun anak untuk berpikir tentang apa yang harus ia lakukan di kemudian hari. Misalnya ketika ia tahu kalau berkata kasar bisa menyakiti hati orang lain dan tidak disukai oleh Allah, tanyakan padanya, “Jadi lain kali Adik harus bagaimana?”.
Sama seperti langkah sebelumnya, orangtua harus tetap mendengarkan jawaban anak, dan dilarang memotong atau langsung menghakiminya jika jawabannya belum tepat. Usahakan sabar menuntunnya agar ia berhasil menjawab dengan tepat.
Perlu diingat, hindari melakukan percakapan ini di depan orang banyak. Lebih baik orang tua mencari tempat yang sepi dan tenang untuk melakukan diskusi, demi mengarahkan perilakunya.
Ketika anak sudah mengetahui di mana letak kesalahannya, ajak ia untuk memohon ampun kepada Allah. Orang tua bisa mengajak anak sholat atau menengadahkan tangan dan mengucap “Astaghfirullahal’adzim”. Setelah itu, dorong ia untuk mencoba agar lebih baik lagi di kemudian hari, dan yakinkan bahwa ia bisa menjadi anak yang baik dan disayangi oleh Allah.