Umroh.com – Puasa di bulan Ramadhan wajib dilaksanakan setiap umat muslim. Ibadah ini tidak boleh ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Namun Islam memberi kemudahan bagi mereka yang memiliki halangan (uzur). Puasa yang ditinggalkan boleh diganti dengan puasa di hari lain. Dan pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan puasa qadha.
Uzur yang umum menjadi sebab meng-qadha puasa Ramadhan adalah seseorang mengalami sakit, haid bagi wanita, dan perjalanan jauh (musafir). Allah berfirman, “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS.Al Baqarah: 185).
Baca juga: Perhatikan! Inilah 6 Waktu Haram Berpuasa
Di sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Aisyah ra. pernah berujar, “Kami dulu mengalami haid. Kami diperintarkan untuk mengqadha puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.”
Ketentuan Puasa Qadha
Kapan Waktu untuk Mengqadha Puasa?
Puasa qadha dilakukan di luar bulan Ramadhan. Jadi, ketika bulan Ramadhan telah usai, kita dibolehkan membayar hutang puasa atau qadha puasa di hari-hari yang telah dipilih. Batas waktu mengqadha puasa adalah ketika kembali bertemu dengan bulan Ramadhan.
Tidak masalah menqadha puasa hingga bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan). Aisyah ra. juga pernah melakukannya, sebagaimana dituturkan Abu Salamah. Ia mendengar Aisyah ra berkata, “Aku masih memiliki hutang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dijelaskan pula bahwa alasan Aisyah ra. mengqadha hingga di bulan Sya’ban karena sibuk mengurus Rasulullah.
Walaupun dibolehkan memundurkan qadha puasa, namun para ulama berpendapat bahwa menyegerakan membayar hutang puasa merupakan hal yang lebih baik. Mereka yang bersegera melakukan kebaikan dipuji oleh Allah. Sebagaimana tercantum di dalam Al Quran, “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” (QS.Al Mu’minun: 61).
Jika seseorang ternyata tidak juga mengqadha puasa hingga Ramadhan tiba tanpa uzur yang jelas, maka selain membayar hutang puasa, ia harus bertaubat kepada Allah. Perbuatan itu termasuk kelalaian yang menimbulkan dosa.
Dijelaskan oleh para ulama, selain mengqadha dan bertaubat, ia juga harus memberi makan orang miskin sebanyak hari yang ditinggalkan (disertai dengan qadha puasa). Jumlah makanan yang harus diberikan adalah sekitar 1,5 kg. Sedangkan orang yang menunda qadha puasa karena uzur (sakit atau menyusui), maka yang harus dilakukan hanya mengqadha puasanya saja.
Apakah Menqadha Puasa Harus Berurutan?
Umroh.com merangkum, mengqadha puasa sebanyak hari yang ditinggalkan adalah wajib, namun tidak harus secara berurutan. Apabila seseorang tidak berpuasa Ramadhan selama tiga hari, maka jumlah tiga puasa yang dibayarkannya boleh dilakukan secara terpisah. Misalnya satu hari di bulan Syawal, satu hari di bulan Dzulhijah, dan satu hari di bulan Muharram.
Niat Menqadha Puasa
Sama seperti puasa Ramadhan, mengqadha puasa juga harus disertai dengan niat untuk melakukannya. Tetapi niat puasa qadha tidak seperti puasa sunnah yang boleh dilakukan di hari itu juga (pagi atau siang harinya). Niat puasa qadha harus dilakukan di hari sebelumnya atau di malam hari, sebagaimana niat puasa Ramadhan.
Jika ingin melafalkan niat puasa qadha, berikut ini kalimatnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhao-i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta‘aalaaArtinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Selain ketentuan niat puasa qadha yang sama dengan puasa Ramadhan, alasan untuk membatalkannya juga sama. Seseorang tidak dibolehkan membatalkan puasa qadha tanpa alasan yang dibenarkan. Alasan-alasan yang dapat membatalkan puasa wajib, seperti: sakit, pingsan, muntah, dan haid.
Mau jadi tamu istimewa Allah di Tanah Suci? Yuk temukan paket umroh terbaik cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Menggabungkan Puasa Sunnah dengan Puasa Qadha
Bolehkah kita menggabungkan puasa sunnah yang kita laksanakan di hari lain, dengan puasa qadha? Di sini kita perlu memahami terlebih dahulu hukum melaksanakan puasa sunnah bagi yang masih memiliki tanggungan puasa.
Ada ulama yang berpendapat bahwa seseorang yang masih memiliki tanggungan puasa dilarang melakukan puasa sunnah. Dasarnya, amalan wajib lebih penting untuk dikerjakan daripada amalan sunnah. Puasa qadha yang hukumnya wajib harus dilaksanakan dahulu sebelum seseorang melakukan puasa sunnah.
Namun ada pendapat lain yang merupakan jumhur ulama. Mengerjakan puasa sunnah dibolehkan walaupun masih memiliki hutang puasa. Selama dia masih memiliki waktu yang longgar, atau masih memiliki banyak waktu untuk mengqadha puasanya.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Pendapat ini memberi pengecualian bagi seseorang yang ingin mendapatkan pahala dari berpuasa selama enam hari di bulan syawal. Jika dia ingin mendapatkan pahala puasa sunnah enam hari di bulan Syawal (pahalanya setara puasa selama setahun), maka dia harus membayar puasa qadha lebih dulu.