Umroh.com – Saat Lebaran, kita semua melaksanakan halal bi halal. Tradisi bermaaf-maafan ini seolah menjadi hal yang wajib dilakukan oleh orang Indonesia. Baik yang masih muda ataupun yang sudah tua saling datang untuk bermaaf-maafan. Lalu bagaimana sih sejarang halal bi halal itu sendiri? Berikut penjelasannya.
Dilihat dari namanya mungkin sempat terpikir kalau halal bi halal berasal dari Arab, namun ternyata pencetusnya adalah ulama terkemuka Indonesia.
Baca juga: Hukum Puasa Sya’ban Sebelum Memasuki Ramadhan
Sejarah Halal bi Halal di Indonesia
Bagi kamu masyarakat millennials yang baru tau, penggagas istilah ‘halal bi halal’ adalah KH Abdul Wahab Chasbullah. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, lalu pada tahun 1948 Indonesia kerap dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik pun bertengkar, tak mau duduk dalam satu forum. Pemberontakan juga terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII, PKI Madiun.
Hingga pada tahun 1948 dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH Wahab Chasbullah untuk datang ke Istana Negara guna dimintai pendapat atas sarannya mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.
Kiai Wahab pun akhirnya memberikan saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Tak terduga, Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”
“Itu gampang,” kata Kiai Wahab.
“Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah ‘halal bi halal'” jelas Kiai Wahab.
Dari saran Kiai Wahab kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara menghadiri acara silaturrahmi yang berjudul ‘Halal bi Halal’.
Akhirnya mereka pun bisa duduk dalam satu meja sebagai babak baru menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak itulah, instansi-instansi pemerintah menyelenggarakan Halal bi Halal hingga kemudian diikuti oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut ulama. Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, Kiai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Maka dari itu Halal bi Halal menjadi kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri.
Kisah Lain dari Halal bi Halal
Umroh.com merangkum, terdapat kisah lain awal mula Halal bi Halal yakni sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.
Setelah Idul Fitri, beliau konon menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah. Tetapi kegiatan itu hanya sekedar kegiatan, belum menyebutkan istilah “Halal bi Halal”, meskipun esensinya sudah ada.
Sebagaimana istilah “halal bi halal” secara nyata dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah dengan analisa pertama (thalabu halâl bi tharîqin halâl) adalah mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan. Atau dengan analisis kedua (halâl “yujza’u” bi halâl) dengan pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan.
Kemunculan halal bi halal ini di kalangan tokoh politik akhirnya menjadi hal yang ditiru oleh masyarakat. Belum lagi terkadang halal bi halal ini juga dibersamai dengan tradisi pulang kampung atau mudik. Atas jasa para ulama itu, kini Indonesia memiliki sebuah tradisi khas yang saat lebaran tiba.
Tak hanya jadi tamu Allah, umroh juga melancarkan rezeki Anda. Yuk temukan paketnya cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Negara Lain Juga Punya ‘Halal Bi Halal’ Versi Mereka
Siapa yang sangka ternyata di luar negeri terdapat tradisi yang serupa. Ternyata bukan hanya Indonesia yang melakukan mudik untuk bersilahturahmi, namun masyarakat Bangladesh juga melakukan tradisi serupa. Saat hari lebaran tiba, mereka datang ke kampung dan tetangga untuk bersilahturahmi dengan kerabat dan keluarganya.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Hal tersebut persis seperti yang ada di Indonesia. Semua itu bahkan untuk memperingati datangnya hari raya lebaran di mana hari mereka kembali menjadi suci. Rasa hangat kembali berkumpul bersama keluarga juga akan ditemukan di sana. Namun ada perbedaan dari yang berada di Indonesia, mereka hanya mudik dan bersilahturahmi tanpa ajang maaf-maafan.
Itulah sejarah halal bi halal di Indonesia. Ternyata unik sekali ya!