Sejarah Kemerdekaan Bangsa Indonesia tak luput dari salah satu tragedi kebangsaan yang sangat membutuhkan perjuangan, pengorbanan, dan partumpahan darah. Penjajahan yang terus masuk ke wilayah Indonesia yang tak habis-habisnya hingga akhirnya rakyat Indonesia bisa menikmati kebebasan dan kemerdekaan atas perjuangannya.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada tahun 1945 bertepatan ketika di bulan Ramadhan tahun 1365 H. Tepatnya terjadi pada hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945. Begitu besar arti dan makna Kemerdekaan Indonesia terdahap kelangsungan pembangunan Indonesia.
Hanya saja sepertinya banyak yang melupakan mengenai sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia ini yang telah banyak menguras korban jiwa dan harta benda pada jaman kemerdakaan dahulu yang dilakukan oleh para pahlawan Bangsa Indonesia tercinta ini.
Dengan mengingat kejadian sejarah tersebut, rasa nasionalisme kita terhadap Bangsa Indonesia akan semakin bertambah, banyak sekali peristiwa-peristiwa yang melatar belakangi sejarah kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Promo Paket Umroh Rayakan Kemerdekaan Indonesia
Latar Belakang Kemerdekaan Indonesia
Hindia Belanda sebuah wilayah jajahan yang sekarang telah merdeka dan menjadi Negera Republik Indonesia sejak 73 tahun silam. Selama kurang lebih 3 abad bangsa kita dijajah oleh kolonial belanda, dan selama tiga tahun terakhir dijajah oleh Nippon (Jepang) yang muncul bak pahlawan padahal sama-sama menyengsarakan pribumi.
Saat itu, organisasi-organisasi pemuda dan para tokoh pergerakan sudah merasa geram dengan apa yang mereka alami. Hidup di tanah nenek moyangnya tapi ditindas bagaikan sapi yang diambil tenaganya, diperah susunya, kemudian dimakan dagingnya.
Semua orang berjuang, para pemuda terus melakukan perlawanan, para diplomat terus melakukan diplomasi, dan para alim ulama terus berdoa agar kemerdekaan Republik Indonesia bisa segera diraih.
Hingga pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Keesokan harinya Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), atau “Dokuritsu Junbi Cosakai“, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga “Dokuritsu Junbi Inkai” dalam bahasa Jepang. Pergantian nama badan ini tak lain untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan sebuah bangsa dalam mencapai kemerdekaannya.
Penyerangan Amerika terhadap Jepang pun terjadi lagi, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Penyerangan ini menjadi momen Bangsa Indonesia untuk memerdekakan dirinya.
Di saat yang bersamaan, Bung Karno dan Bung Hatta selaku pimpinan PPKI serta Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka diberi kabar bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang.
Baca Juga: Sejarah Sang Pusaka Merah Putih
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI. Meskipun demikian, Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke Tanah Air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang
Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah. Ia khawatir proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu, Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang.
Pembacaan Naskah Proklamasi
Setelah diyakini bahwa situasi memungkinkan untuk membacakan teks proklamasi, maka Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi. Rapat tersebut di rumah Laksamana Maeda, Soekarno bersama tokoh perjuangan lain menulis naskah proklamasi. Tulisan itu lalu diketik oleh Sayuti Melik.
Tepat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 M atau 17 Ramadan 1365 H, pukul 10.00 pagi, 17 Agustus 1945. Bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta. Pembacaan naskah proklamasi yang berlanjut pengibaran Sang Saka Merah Putih hasil jahitan Fatmawati, menandakan Indonesia merdeka.
Tokoh lain yang sangat berjasa dalam peristiwa pembacaan Proklamasi diantaranya, tiga pemuda pengibar bendera merah putih pertama yaitu Latif Hendraningrat, S. Suhut dan Tri Murti.
Kemerdekaan Indonesia yang dibaca oleh Soekarno-Hatta yang kemudian menjadi Presiden Dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.
Baca Juga: Ide Perlombaan untuk 17 Agustusan
Teks Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Demikianlah sejarah kemerdekaan Indonesia. Semoga kita semua selalu mengingaat perjuangan dan pengorbanan para perjuang sehingga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi untuk kemajuan Bangsa Indonesia.