1
Serba-serbi Ramadhan

Sejarah Ketupat yang Penuh Makna dan Rasanya yang Khas

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Biasanya kita disajikan beragam kue kering, opor, rendang, atau sambal goreng saat hari Idul Fitri tiba. Berbicara tentang menu makanan berat saat Lebaran, kita pasti akan teringat dengan ketupat. Bagaimanakah sejarah ketupat hingga biasa dinikmati saat Idul Fitri? Simak jawabannya di bawah ini.

Apa itu Ketupat?

Ketupat adalah makanan berbahan beras yang dibungkus dalam anyaman janur. Cara membuatnya dimulai dengan menganyam janur sedemikian rupa hingga membentuk segi empat yang menyisakan rongga di bagian tengahnya. Rongga itu diisi beras yang telah dicuci sebanyak tiga perempatnya, lalu diberi air. Kemudian anyaman janur ditutup, agar isi di dalamnya tidak keluar. Kantung dari janur itu selanjutnya dimasukkan ke dalam panci berisi air mendidih. Setelah direbus beberapa jam, akhirnya ketupat siap dinikmati.

Sunan Kalijaga Mengawali Sejarah Ketupat

Asal-usul ketupat tidak lepas dari penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Konon, ketupat dikukuhkan oleh Sunan Kalijaga sebagai makanan dengan filosofi dan nilai-nilai keislaman.

Menurut seorang sejarawan dari Belanda bernama Hermanus Johannes de Graaf, ketupat mulai dikenal di Tanah Jawa sejak abad ke-15, di masa Kerajaan Demak. De Graaf memang mengkhususkan diri meneliti sejarah masyarakat Jawa.

Kala itu, Sunan Kalijaga yang sedang berdakwah di tanah Jawa sempat menemui kesulitan dalam menyebarkan Islam. Ia berhadapan dengan masyarakat yang sangat teguh memegang kepercayaan sebelumnya.

Sunan Kalijaga kemudian menggunakan pendekatan budaya. Ia mengajak masyarakat memaknai budaya-budaya yang sudah ada dengan nilai-nilai keislaman. Salah satunya melalui makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Jawa, termasuk ketupat.

Sebelumnya, ketupat biasa dinikmati masyarakat jauh sebelum kedatangan Islam. Iklim di Indonesia yang tropis membuat pohon kelapa mudah tumbuh, sehingga mudah bagi masyarakat Indonesia kala itu memperoleh janur.

Baca juga : Jangan Sampai Salah, Ini Pengertian Ramadhan Kareem!

webinar umroh.com

Sejarah Ketupat Dalam Budaya Masyarakat Hindu-Budha

Masyarakat Indonesia yang kala itu masih menganut Hindu-Budha banyak yang memanfaatkan janur untuk memasak makanan pokok. Kita masih bisa melihat jejaknya pada ketupat yang biasa dimasak orang Bali, dan biasa disebut ‘tipat’. Biasanya, tipat digunakan dalam ritual ibadah.

Sejarah ketupat sebagai salah satu hidangan di dalam ritual ibadah masyarakat zaman Hindu-Budha juga tercantum dalam prasasti yang ditemukan para ahli. Di prasasti itu tercantum kisah tentang makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun kelapa atau nyiur.

Ketika Islam datang, ketupat sebagai kekayaan budaya masyarakat nusantara tetap dipertahankan oleh Sunan Kalijaga, yang melakukan syiar Islam di sekitar abad 15-16. Namun, makna ketupat yang biasa disajikan saat acara keagamaan saat itu, diganti dengan memasukkan nilai-nilai Islam sebagai filosofinya. Ini merupakan bentuk akulturasi yang dirancang dengan indah oleh para wali.

Sejarah Ketupat Selaras Sebagai Hasil Asimilasi

Selain ketupat, makanan Lebaran di Indonesia juga merupakan hasil asimilasi. Selain ketupat yang merupakan hasil akulturasi dengan kebudayaan masyarakat Hindu-Budha zaman dahulu, makanan pendamping ketupat juga banyak mendapat pengaruh dari bangsa lain.

Sebut saja opor, kari, atau gulai yang banyak mendapat pengaruh dari hidangan Timur Tengah. Balado, yang rupanya terinspirasi dari makanan-makanan Portugis. Hingga Semur yang banyak mendapat pengaruh dari hidangan Eropa.

Selain itu, hidangan manis saat Lebaran juga banyak mendapat pengaruh dari luar negeri. Misalnya kue kering, yang mendapat pengaruh dari Eropa, hingga manisan yang banyak dipengaruhi manisan dari Timur Tengah dan China.

Makna Ketupat

sejarah ketupat

Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut dengan “Kupat”. Kepanjangan dari “kupat” merupakan “Ngaku lepat” (yang berarti “mengakui kesalahan”), serta “laku papat” (yang artinya “empat laku yang tercermin dari empat sudut ketupat”).

Umroh.com merangkum, ada empat makna sudut-sudut pada ketupat. Makna pertama adalah ‘Lebaran’, yang artinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Kedua, bermakna ‘Luberan’, yang berarti berlimpah. Maksudnya adalah rezeki yang melimpah dan anjuran untuk bersedekah dengan rezeki yang Allah berikan.

Hanya di Umroh.com, Anda akan mendapatkan tabungan umroh hingga jutaan rupiah! Yuk download sekarang juga!

Makna ketiga adalah ‘Leburan’, yang berarti melebur dosa-dosa yang telah dilakukan setahun sebelumnya. Dan makna yang keempat adalah ‘Laburan’ yang artinya menyucikan diri sehingga putih dan bersih seperti bayi.

Makna Pembungkus Ketupat

Selain itu, daun pembungkus ketupat juga memiliki makna tersendiri. Janur yang digunakan pada ketupat memiliki makna “jannah nur” atau “cahaya surga”. Ada juga yang menyebut bahwa “janur” merupakan kepanjangan dari “jatining nur” atau hati nurani.

Jadi, ketupat yang dinikmati saat hari raya Idul Fitri ini memiliki makna mensucikan hati dari hal-hal negatif, sehingga kita mendapat ridha Allah untuk menuju surga-Nya.

Janur yang dianyam juga memiliki makna tersendiri. Anyaman janur itu menunjukkan nilai kekerabatan yang harus selalu direkatkan dengan silaturahmi dan saling menopang.

Asal Usul Lebaran Ketupat

Selain ketupat yang banyak dinikmati saat Lebaran, ada juga perayaan Lebaran Ketupat yang biasa diselenggarakan tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri. Lebaran Ketupat juga merupakan hasil akulturasi dari Sunan Kalijogo saat melakukan dakwah.

Setelah melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal, diadakan Lebaran Ketupat yang biasanya jatuh pada tanggal 8 Syawal. Tradisi ini disebut bermula dari tradisi pemujaan terhadap dewi yang dianggap membantu menyuburkan ladang-ladang masyarakat. Dalam perayaan itu, disertakan ketupat sebagai sesaji.

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!

Sunan Kalijaga kemudian mengajak masyarakat menyelenggarakan Lebaran Ketupat. Di sana, ketupat disajikan sebagai hidangan dan dijadikan ajang untuk bersyukur kepada Allah.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.