Setiap tahunnya umat muslim selalu merayakan Hari Raya Idul Adha atau dikenal juga idul qurban. Hari Raya Idul Adha tak kalah istimewanya dengan hari raya idul fitri karena tentunya sama sama memiliki keistimewaan dan makna tersendiri dalam setiap perayaannya. Namun, Anda pun harus mengetahui tentang sejarah qurban itu sendiri.
Hari Raya Idul Adha sendiri merupakan hari raya besar islam yang merupakan puncaknya ibadah haji yang dilakukan umat muslim di makkah dan bagi yang sedang tidak melaksanakan haji dianjurkan menyisihkan sebagian hartanya untuk di qurban kan ke dalam bentuk hewan ternak sepeti sapi, kambing, domba maupun unta.
Qurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Ibadah qurban sesungguhnya merupakan bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Selain itu qurban pun merupakan bentuk ketakwaan seorang Muslim dalam melaksanakan segala perintah Allah.
Kata qurban sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni Qaraba dengan bentuk isim mashdar ‘qurbanan’, yang berarti dekat. Karena itu, tujuan berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bagi Anda yang berniat melaksanakan qurban, Sebelum Anda melaksanakan ibadah tersebut apakah Anda mengetahui bagaimana asal mula atau sejarah dari terjadinya qurban? Menjalankan ibadah qurban tanpa mengetahui sejarah qurban sepertinya akan menjadi terasa kurang lengkap. Nah untuk itu supaya lebih mantap lagi niat hati Anda dalam berqurban, Anda boleh membaca terlebih dahulu ringkasan mengenai sejarah qurban dibawah ini.
Sejarah qurban berawal dari persitiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih putranya Nabi Ismail. Kemudian disyiarkan oleh Nabi terkahir Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk menyembelih qurban di hari raya Haji atau Idul Adha.
Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shafaat [37] : 100)
Setelah berdoa dengan sungguh – sungguh, Kemudian Allah SWT memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar yang akan dilahirkan oleh Hajar. Ya, dialah Ismail.
Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di kalangan Bani Jurhum. Hingga pada suatu hari, ayahnya, Nabi Ibrahim datang menjumpainya. Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” (QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Setelah menunggu sekian lama, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni. Meskipun sangat besar kecintaan beliau kepada keluarganya, namun beliau seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya. Nabi Ibrahim pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT dengan menyembelih Ismail.
Nabi Ismail pun menjawab:
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash-Shafaat [37] : 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliu berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam [19] : 54)
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk serta diikat dengan rumput samurah.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat [37] : 104:107)