Dalam bahasa Arab, gerhana bulan atau gerhana matahari disebut kusuf atau khusuf. Di kalangan ulama, gerhana bulan disebut khusuf. Sedangkan gerhana matahari disebut kusuf. Ketika terjadi gerhana, umat muslim sangat dianjurkan melakukan sholat sunnah gerhana atau sholat kusuf.
Baca juga: Terungkap, Ternyata Ini Keutamaan yang Didapatkan Setelah Sholat Gerhana
Fenomena Kusuf atau Khusuf
Umroh.com merangkum, Kusuf adalah peristiwa saat sinar matahari menghilang. Baik sebagian maupun keseluruhan (total). Peristiwa gerhana matahari di siang hari itu terjadi karena bulan menutupi cahaya matahari.
Sementara Khusuf adalah peristiwa yang terjadi saat cahaya bulan menghilang sebagian atau keseluruhan, sebab posisi bumi menghalangi pantulan sinar matahari kepada bulan.
Sholat Sunnah Gerhana
Sholat sunnah gerhana didirikan hanya ketika terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ibadah ini sangat dianjurkan, dan bisa dikatakan hukumnya sunnah muakkad. Siapa saja bisa mengerjakannya. Baik orang yang menetap maupun orang dalam keadaan safar (dalam perjalanan).
Baca juga: Yuk Lihat Jadwal Sholat untuk Hari Ini di Sini!
Bacaan dan Niat
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushallii sunnatal khusuuf rak‘ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aalaa
Artinya: “Saya sholat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”
Dalam sholat gerhana, tidak ada surat khusus yang dianjurkan secara khusus untuk dibaca setelah membaca surat Al Fatihah. Al Bahuutiy menjelaskan bahwa “Boleh membaca surat apapun karena tidak ada tuntutan surat tertentu yang hendak dibaca”. Memang ada anjuran untuk membaca surat yang panjang, agar kita tetap berada dalam posisi sholat saat gerhana berlangsung. Akan tetapi, kita tetap diperbolehkan membaca surat apapun.
Baca juga: Untuk Melihat Jadwal Sholat Hari Ini, Anda Bisa Lihat di Sini Lho!
Dianjurkan Memperlama Bacaan
Walaupun tidak ada bacaan atau doa sholat gerhana yang dianjurkan secara khusus, kita tetap dianjurkan untuk memperlama qira’ah dan sholat, sehingga sholat ini berlangsung selama peristiwa gerhana terjadi.
Rasulullah mengajarkan untuk memperlama qira’ah saat mengerjakan sholat gerhana. Para Sahabat melukiskan bahwa lama Rasulullah saat berdiri seperti lamanya membaca surat Al Baqarah. Ibnu Abbas menuturkan, “terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sholat dan diikuti oleh orang-orang. Beliau berdiri (pada sholat tersebut) selama kira-kira surat Al-Baqarah” (HR.Bukhari dan Muslim).
Para ulama menjelaskan bahwa hadist tersebut memaparkan tentang syariat memperlama berdiri ketika sholat gerhana, karenanya kita dianjurkan membaca surat yang panjang. Para ulama menghukumi bacaan panjang saat sholat gerhana sebagai sesuatu yang dianjurkan.
Surat yang Harus Dibaca Tidak Ditentukan, Namun Hendaknya Panjang
Syaikh aal-‘Utsaimiin menjelaskan bahwa surat yang hendaknya dibaca tidak ditentukan. Boleh membaca Al Baqarah, Ali Imran, Atau An Nisa. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa surat yang dibaca harus panjang, karena dalam hadist tersebut menyebutkan bahwa surat yang dibaca Rasulullah adalah surat yang panjang (Al Baqarah adalah surat yang paling panjang). Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa ada Sahabat yang menjadi makmum jatuh pingsan karena berdiri terlalu lama.
Baca juga: Ingin Pergi Umroh Bersama Kerabat? Yuk Lihat di Sini Caranya!
Diperbolehkan membaca surat panjang yang mengandung banyak nasihat, karena sholat ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk menyampaikan nasihat. Sebagian ulama menganjurkan untuk membaca Al Isra, karena di dalamnya terkandung ayat yang pas disampaikan saat sholat gerhana. Misalnya dalam surat Al Isra ayat 59, di mana Allah berfirman yang artinya, “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti”.
Jika tidak mampu membaca surat Al Isra pun tidak masalah. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah memilih surat yang mudah dan panjang sebagai bacaan sholat gerhana.
Bacaan Sholat Gerhana Dibaca Jahr
Saat membaca bacaan surat dalam sholat ini, dianjurkan untuk membacanya dengan jahr atau mengeraskan suara, walaupun diperbolehkan melakukannya secara sirr (melirihkan suara) atau jahr (mengeraskan suara). Diriwayatkan Imam Al Bukhari, Rasulullah SAW mengeraskan bacaan beliau ketika sholat gerhana bulan.
Menyampaikan Khutbah Setelah Sholat
Setelah salam, imam sholat gerhana menyampaikan khutbah kepada jamaah. Disyariatkannya khutbah setelah sholat ini adalah dari hadist yang dituturkan oleh Aisyah r.a. Aisyah menuturkan bahwa Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai sholat, matahari mulai terlihat. Lalu beliau berkhutbah kepada para sahabat. Beliau memuji Allah dan menyanjunNya. Lalu beliau menyampaikan, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda kekuasaan Allah, tidak mengalami gerhana karena kematian orang besar atau karena kelahiran calon orang besar. Jika kalian melihat peristiwa gerhana, perbanyak berdoa kepada Allah, perbanyak takbir, kerjakan sholat, dan perbanyak sedekah”.
Baca juga: Terungkap, Ternyata Ini Keutamaan Melakukan Sholat Gerhana
Setelah itu, Rasulullah mengatakan “Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada Dzat yang lebih pencemburu dari pada Allah, melebihi cemburunya kalian ketika budak lelaki dan budak perempuan kalian berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, andai kalian tahu apa yang aku tahu, kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Tata Cara Sholat Gerhana
1. Niat
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushallii sunnatal khusuuf rak‘ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aalaa
Artinya: “Saya sholat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”
Baca juga: Jangan Lupa untuk Melihat Jadwal Sholat Hari Ini di Sini!
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca Taawudz dan Surat Al Fatihah
4. Membaca Surat yang Panjang
5. Rukuk
Saat rukuk, dianjurkan melakukan rukuk yang panjang. Dengan membaca tasbih selama membaca surat Al Baqarah sebanyak 100 ayat.
6. I’tidal
7. Membaca Surat Al Fatihah
8. Membaca Surat yang panjang
9. Rukuk
Rukuk kedua lebih pendek dari rukuk pertama. Dianjurkan membaca tasbih selama membaca surat Al Baqarah sebanyak 80 ayat.
10. Sujud
Lakukan sujud yang panjang. Saat sujud, bacalah tasbih yang lamanya sama dengan rukuk pertama.
Baca juga: Punya Rencana untuk Pergi Umroh bersama Keluarga? Yuk Wujudkan di Sini!
11. Duduk di Antara Dua Sujud
12. Sujud yang panjang
Di sujud kedua, bacalah tasbih yang lamanya sama dengan rukuk kedua.
13. Berdiri untuk rakaat yang kedua
Di rakaat kedua, lakukan sebagaimana rakaat pertama. Surat yang dibaca juga dua buah surat yang panjang dengan diselingi rukuk yang panjang. Misalnya membaca surat An Nisa, lalu rukuk, kemudian i’tidal dan membaca surat Al Maidah.
14. Duduk Tasyahud
Setelah sujud kedua, lakukan duduk tasyahud.
15. Salam
Tata cara sholat gerhana tersebut bersumber dari hadist tentang cara Rasulullah memimpin sholat ini bersama para Sahabat. Dituturkan oleh Aisyah melalui riwayat Imam Bukhari dan Muslim, “Terjadi gerhana matahari pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, kemudian Beliau keluar menuju masjid untuk melaksanakan sholat, dan para sahabat berdiri di belakang Beliau membuat barisan shof sholat, lalu Beliau bertakbir dan membaca surat yang panjang, kemudian bertakbir dan rukuk dengan rukuk yang lama, lalu bangun dan mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah’. Kemudian bangkit dari rukuk dan tidak dilanjutkan dengan sujud, lalu membaca lagi dengan surat yang panjang yang bacaannya lebih singkat dari bacaan yang pertama tadi. Kemudian bertakbir, lantas rukuk sambil memanjangkannya, yang panjangnya lebih pendek dari rukuk yang pertama. Lalu mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian sujud. Beliau melakukan pada raka’at yang terakhir seperti itu pula maka sempurnalah empat kali rukuk pada empat kali sujud”.