1
Travel

Suasana Semarak Ramadhan di Mesir

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Sebagian besar masyarakat Mesir beragama muslim. Ketika Ramadhan tiba, Mesir juga semarak dengan aktivitas yang berbeda dari hari biasa. Seperti apa suasana Ramadhan di Mesir?

Semakin Ramai Usai Berbuka

Setelah jam buka puasa, Kota Kairo jadi semakin ramai. Ada beragam aktivitas masyarakat, mulai dari yang berbelanja, mengunjungi hotel untuk buka bersama, serta tenda-tenda dan pertunjukan tradisional yang dilakukan di malam hari.

Di tepi sungai Nil, banyak orang-orang yang duduk untuk menikmati suasana malam yang semarak dengan hiburan. Banyak juga makanan-makanan yang dijajakan di sekitar. Masjid-masjid di Kairo juga tampak ramai dengan jamaah yang akan beribadah malam.

Toko-toko di Kairo juga tidak kalah ramai. Mereka buka hingga sepanjang malam. Berbagai toko makanan banyak yang menyajikan makanan di bagian depan toko untuk menggoda calon pembeli. melayani pembeli jalanan di Kota Kairo juga semakin Semarak dengan hiasan-hiasan bertema Ramadhan

Wilayah yang paling ramai contohnya adalah Mu’ezz Eddin, Azhar, area Khan El Khalili, serta Fostat yang ada di kota tua. Selain Kairo, kota yang juga semarak dengan atmosfer Ramadhan adalah Alexandria. Kota yang terletak di tepi pantai ini memiliki banyak cafe di tepi pantai, serta kampung nelayan yang bernama Anfoushi. Keduanya ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menghabiskan waktu di malam hari.

Tradisi Berbagi

Di bulan Ramadhan, banyak warga Mesir yang suka memberikan makanan kepada para tetangga dan kerabat. Mereka berlomba-lomba untuk bersedekah di bulan mulia ini. Mulai dari restoran, yayasan, hingga Keluarga banyak yang semakin giat untuk memberi makanan kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan ada yang sengaja menggelar meja untuk membagikan makanan bagi orang-orang yang lewat.

Fanoos Bertebaran

Orang-orang Mesir memiliki tradisi menggantungkan lentera warna-warni atau fanoos. Fanoos dipasang di depan rumah atau toko mereka. Lentera atau lampu ini biasanya terbuat dari kaleng bekas, dan ada juga yang terbuat dari plastik.

Tradisi ini bermula ketika Kekhalifahan Fatimid ingin menerangi jalan-jalan di Kairo saat bulan Ramadhan tiba. Karena itulah ia memerintah seluruh Syekh di masjid-masjid untuk menggantung lentera atau fanoos.

webinar umroh.com

Penabuh Genderang

Sebelum fajar di bulan suci Ramadhan, ada penabuh genderang atau Musaharati yang berkeliling di jalan-jalan. Mereka membangunkan orang-orang untuk sahur dengan genderang yang dimilikinya.

Tradisi ini sudah ada sejak zaman kerajaan Ottoman. Ketika itu, orang-orang masih belum memiliki jam alarm. Agar warga kala itu bisa bangun sahur tepat waktu, para penabuh genderang ini akan berjalan di jalan-jalan serta bernyanyi lagu-lagu lagu tradisional. Di akhir bulan Ramadhan, penabuh genderang ini akan mendatangi rumah-rumah di jalan yang dilaluinya. Mereka meminta uang sebagai imbalan jasa karena telah membangunkan sahur selama Ramadhan. Tradisi ini masih dilakukan hingga hari ini, karena warga ingin mempertahankan tradisi di bulan Ramadhan yang ada sejak zaman dahulu.

Meriam Penanda Waktu Buka

Jika waktu sahur ditandai oleh genderang, di jam buka puasa ada meriam yang ditembakkan dari atas citadel. Meriam ini ditembakkan sebagai pertanda matahari telah terbenam dan waktu berbuka telah tiba. Walaupun meriam ini tidak didengar ke seluruh penjuru kota, namun warga bisa menyaksikannya lewat Televisi Nasional.

Tradisi ini dimulai sejak pemerintahan Khedive Mohamed Ali (1805-1848). Kala itu, ia memerintah tentara Mesir menyalakan meriam. Namun secara tidak sengaja meriam tersebut tertembak saat matahari terbenam di bulan Ramadhan. Orang-orang kemudian berpikir bahwa meriam itu merupakan tradisi baru yang digagas oleh Khedive.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.