1
Muslim Lifestyle

Syarat Jual Beli Dalam Islam Agar Usaha Berkah

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Sebagai makhluk sosial, manusia pastinya melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Mereka pun berinteraksi dengan menggunakan bahasa yang telah mereka sepakati untuk dapat saling mengerti. Berikut syarat jual beli dalam islam yang wajib diketahui.

Dalam berinteraksi, timbullah suatu keinginan dan kebutuhan. Karena itu mereka mulai melakukan transaksi jual beli, meski dahulu kala yang mereka lakukan adalah dengan menukar atau ‘barter’.

Baca juga: Wajib Tahu! Ini Sifat Wajib yang Dimiliki Seorang Istri

Tim Umroh.com memaparkan, islam yang sempurna dalam segala hal di kehidupan ini pun mengatur tata cara jual beli atau transaksi berjualan dengan baik dan syariah agar terhindar dari tindakan tercela yang dapat merugikan satu dan lainnya. Karena itulah ada baiknya kita pahami dulu apa itu jual beli dalam Islam.

Pengertian Jual Beli dalam Islam

Jual beli atau al ba’yu memiliki arti mengambil dan memberikan sesuatu. Al ba’yu sendiri merupakan turunan dari depa karena mulanya orang Arab terbiasa mengulurkan depa saat mengadakan akad jual beli dan menepukkan tangan sebagai tanda akad terlaksana.

Sementara itu berdasarkan pengertian terminologi, jual beli merupakan transaksi tukar menukar hingga beralihnya hal kepemilikan. Hal tersebut dapat terlaksana lewat akad.

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

Sementara hikmah dari jual beli adalah dengan merealisasikan keinginan seseorang yang ada pada saudaranya. Dengan adanya jual beli, ia pun mampu untuk memperoleh apa yang diinginkannya karena kebutuhan tersebut biasanya terkait dengan apa yang dimiliki saudaranya.

Syarat Jual Beli dalam Islam

 Sebagaimana kita ketahui, melakukan jual beli harus dilakukan oleh pembeli dan penjual. Maka syarat sah jual beli dalam Islam adalah sebagai berikut:

webinar umroh.com

1. Kedua pihak (pembeli dan penjual) memiliki kemampuan akal yang baik

Ahli di sini berarti bukan dilakukan oleh seorang anak kecil (shabiy), tidak gila (majnun) dan tidak bodoh (safih). Berdasarkan hal tersebut, maka jual beli akan sah apabila dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan akal yang baik. Maka apabila pembeli atau penjual terkena musibah hingga linglung atau kehilangan akal untuk sementara, maka jual beli yang mereka lakukan tidak sah.

2. Kedua pihak (pembeli dan penjual) memiliki hak untuk memilih

Jual beli akan tidak sah apabila dilakukan dengan cara dipaksa atau terpaksa, namun apabila dipaksa oleh hakim dengan alasan tertentu, maka hukumnya dapat menjadi sah. Adapun contoh terpaksanya adalah ketika seseorang terpaksa menjual barangnya untuk melunasi hutang. Maka, meski terpaksa, hukumnya adalah sah.

Contoh lain adalah apabila seorang hakim memaksa seseorang untuk membeli barang yang telah dirusaknya. Hukum ini adalah boleh. Syarat sah tersebut berdasarkan Syekh Taqiyuddin Abi Bakar al-Hushny lewat kitab Kifâyatul Akhyâr: 1/239 yang berbunyi sebagai berikut:

ويشترط مع هذا أهلية البائع والمشتري فلا يصح بيع الصبي والمجنون والسفيه ويشترط أيضا فيهما الإختيار فلا يصح بيع المكره إلا إذا أكره بحق بأن توجه عليه بيع ماله لوفاء دين أو شراء مال أسلم فيه فأكرهه الحاكم على بيعه وشرائه لأنه إكراه بحق. ويصح بيع السكران وشراؤه على المذهب

Artinya: “Disyaratkan bahwa jual beli dilakukan oleh ahlinya, baik penjual maupun pembeli. Tidak sah jual belinya anak kecil, orang gila dan orang yang safih. Disyaratkan juga ada waktu memilih (ikhtiyar). Tidak sah jual belinya mukrah, kecuali bila dipaksa dengan suatu haq seperti memaksa menjual hartanya untuk membayar hutangnya. Atau membeli barang yang diserahkan kepada mukrah, lalu dipaksa oleh hakim agar menjualnya kembali atau sebaliknya membelinya. Paksaan oleh hakim terhadap mukrah adala sah atas nama ada haq orang lain yang diperhatikan. Sah pula jual-belinya seorang pemabuk menurut mazhab Syafii.”

Jadilah tamu Allah dengan temukan paketnya cuma di Umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"] 

Jual Beli Bukan Riba

Umroh.com merangkum, ada beberapa orang yang menganggap bahwa jual beli tak ada bedanya dengan riba. Hal ini lantaran mereka sering mendapati bahwa pedagang terkadang mengambil keuntungan yang besar dalam menjual dagangan mereka. Sementara Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi,

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah: 275)

Berdasarkan dalil tersebut, tak ada pembatasan dalam pengambilan keputusan. Namun, tetap harus bergantung pada hukum permintaan dan penawaran. Bahkan Rasulullah SAW pernah menyetujui sahabatnya, Urwah, ketika mengambil keuntungan dua kali lipat saat diperintahkan membeli seekor kambing untuk Rasulullah SAW (HR. Bukhari).

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!

Seperti itulah pemahaman yang sebaiknya kita tanam tentang syarat jual beli dalam Islam agar kita tidak keliru lagi kedepannya. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan banyak kebaikan untuk kita semua. Aamiin!