Ada yang sering bertanya, “Jika aturan Allah diterapkan, non muslim akan dipaksa pindah agama?” Jawabannya jelas tidak! Tidak ada satu pun yang dapat membuktikan hal ini. Apakah pernah ketika syariat Islam diterapkan sejak zaman Rasulullah sampai Muhammad Al Fatih, non muslim dipaksa pindah agama?”
Atau pertanyaan lain, “jika syariat Islam diterapkan, non muslim akan dipaksa berjilbab dan sholat?” Jawabannya juga sangat jelas sekali, tidak! Bagi yang pernah ke Aceh mungkin akan bisa langsung terjawab pertanyaan ini. Apakah pernah ada pemaksaan orang kristen di sana memakai kerudung? Tentu saja non muslim tidak akan mungkin dipaksa untuk berkerudung, Yang muslim yang harus memakai kerudung.
Tapi, kenapa untuk orang muslim ibadah pakai dipaksa? Jadi muslim itu juga tidak dipaksa. Meski asalnya warisan, manusia kan punya kehendak bebas, bisa memilih mempertahankan warisannya; bisa pula tidak.
Untuk semua warga negara, bayar pajak itu dipaksa tidak? Taat lalu lintas itu dipaksa tidak? Kalian mungkin akan mengaku “lah itu kesadaran saya!” Saya mau tanya kalau melanggar dan ketahuan ditindak tidak? Dapat konsekuensi tidak? Itu kan namanya dipaksa. “Ngapain sih negara memaksa-maksa saya?”
Jadi, jika tidak mau menerapkan syariat ya jangan mengaku muslim. Enggak dipaksa kok jadi muslim. Tapi, kalau mengaku muslim ya harus ada buktinya. “Ngapain sih agama memaksa-maksa saya?”
Jika menerapkan syariat, apa sih ruginya bagi muslim? Sebutkan satu saja syariat Allah dan Rasul-Nya yang merugikan? Ada? Niscaya Anda akan kesulitan.
Poligami? Itu bukan wajib, bukan sunah. Hukumnya “boleh” itupun dengan syarat. Enggak suka? Ya, jangan diambil.
Zakat? Siapa yang tidak senang berbagi? Dan itu pun yang wajib menunaikan juga orang yang memang mampu secara materi, sedangkan orang-orang yang kekurangan justru yang menerima zakat. Darisitu bukankah makin terlihat kemuliaan dari perintah Islam yang dapat membuat pihak yang kuat membantu yang lemah?
Haji? Itu juga diwajibkan bagi yang sudah mampu secara materi. Dan bagi orang yang hendak berhaji, mereka juga harus memastikan bahwa uang atau materi yang mereka keluarkan untuk melakukan ibadah haji jangan sampai membuat kondisi mereka menjadi kekurangan, apalagi kalo sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhab pokok mereka. Tidak ada yang salah dan juga tidak merugikan kan? Lalu bila kita bandingkan dengan jalan-jalan ke Hongkong, Jepang, apa bedanya? Itu kan keluar biaya juga. Ini perjalanan yang justru penuh petualangan.
Shaum? Justru ini dapat menjadi latihan pengendalian diri, biar gaya hidup tidak lebay. Selain itu orang-orang yang kondisinya tidak memungkinkan juga bisa dapat keringanan koq untuk tidak shaum, dan apabila itu puasa wajib juga dapat diganti di waktu lain di luar Ramadhan. Bahkan bagi orang tua renta yang fisiknya tidak memungkinkan untuk puasa atau pun mengganti, juga diperkenankan dengan syarat membayar fidyah. Masih kurang enak?
Sholat? Siapa yang tidak suka disuruh jeda beraktivitas? Disuruh rehat untuk menenangkan diri.
Semua perintah dan larangan untuk Tuhan? Bukan, tapi untuk kita manusia. Tuhan tidak rugi kita mau pakai atau tidak. Mengapa ada halal ada haram? Anda mau tiap hari makan makanan haram, Tuhan enggak rugi. Allahu laa ghoniyyu anil alamain. Allah tidak pernah butuh seluruh alam.
Mengapa Tuhan melarang untuk berdusta, ingkar janji, khianat, mengambil hak orang, menyakiti orang lain? Itu semua demi kepentingan kita. Pelajari Islam itu dengan kitab suci, hadits dan para ulama. Jangan di media. Apalagi buku-buku Khalil Ghibran. Jangan belum mengenal semuanya, menilai dan menghakimi bahwa jika diterapkan aturan Islam, akan merugikan.
Saat perang saja, dilarang menyakiti sembaragan. Itu aturan Islam. Dilarang melakukan pengkhianatan atau mutilasi. Jangan mencabut atau membakar telapak tangan atau menebang pohon-pohon yang berbuah. Jangan menyembelih domba, sapi atau unta, kecuali untuk makanan.
Masih kurang indah apalagi syariat Islam?