Umroh.com – Bulan Ramadhan saat paling tepat untuk memperbanyak ibadah. Di bulan ini setiap muslim berlomba memperbanyak ibadah, agar mendapat berkah dan pahala berlimpah. Salah satu ibadah yang dianjurkan ialah i’tikaf. Waktu i’tikaf Ramadhan dijelaskan umroh.com pada artikel kali ini.
Makna I’tikaf
Istilah i’tikaf berasal dari kata yang artinya mendiami atau menetapi sesuatu, baik itu sesuatu yang bermanfaat maupun yang buruk. Secara istilah, I’tikaf artinya berdiam di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Saat melakukan i’tikaf, kita bisa berdzikir, membaca Al Quran, atau shalat sunnah.
Baca juga: Unik dan Menarik! Ini 16 Tradisi Menyambut Ramadhan
I’tikaf dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan melaksanakan berbagai amal sholeh di dalam masjid, kita bisa semakin dekat kepada Allah. Sehingga berbagai kotoran dan dosa yang melekat di dalam hati bisa dihilangkan atas ijin Allah.
Perintah I’tikaf
Anjuran untuk melakukan i’tikaf terdapat di dalam Al Quran. Allah berfirman, “Dan janganlah kalian mencampuri istri-istri kalian, sedangkan kalian sedang beri’tikaf di masjid” (QS.Al Baqarah: 187).
Sementara itu, Rasulullah juga selalu beri’tikaf di bulan Ramadhan, yaitu di sepuluh hari terakhir (diriwayatkan Imam Muslim dari Sahabat Ibnu Umar).
Hukum I’tikaf
Umroh.com merangkum, para ulama bersepakat bahwa hukum i’tikaf adalah sunnah dilaksanakan setiap waktu. Tetapi i’tikaf menjadi wajib jika seseorang pernah bernadzar akan melaksanakan i’tikaf. Sedangkan ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa i’tikaf hukumnya sunnah muakkad untuk dilakukan di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Waktu I’tikaf Ramadhan
I’tikaf merupakan ibadah sunnah yang bisa dilaksanakan kapan saja. Namun sangat dianjurkan untuk melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadhan. Rasulullah disebut selalu melaksanakan i’tikaf di bulan Ramadhan.
Mengenai waktu i’tikaf Ramadhan, para ulama berbeda pendapat. Batas minimal waktu i’tikaf Ramadhan menurut ulama Hanafiyyah adalah sebentar tanpa ada batasan yang pasti. Syaratnya hanya berdiam diri di masjid dan disertai dengan niat.
Sedangkan menurut ulama Malikiyyah, batas minimal waktu melaksanakan i’tikaf adalah sehari semalam. Sementara ulama Syafi’iyyah menjelaskan batas minimal i’tikaf ialah berdiam diri hingga dia disebut sebagai orang yang tinggal (melebihi ukuran orang yang dikatakan tuma’ninah dalam rukuk dan selainnya), walaupun tidak ada keharusan untuk tinggal di masjid.
Tak hanya melancarkan rezeki, umroh juga menjadikan Anda tamu istimewa Allah. Yuk temukan paketnya cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Keutamaan I’tikaf di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Waktu i’tikaf yang sangat dianjurkan ialah 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Menjalankan i’tikaf saat itu berarti memperbanyak ibadah di saat yang diperkirakan akan turun Lailatul Qadar.
Para ulama menjelaskan beberapa riwayat yang menerangkan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam terakhir di bulan Ramadhan. Turunnya lailatul Qadar merupakan rahasia Allah, namun kita bisa mengusahakan untuk mengejarnya di 10 malam terakhir.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang istimewa di bulan Ramadhan. Malam itu lebih baik dari seribu bulan, sehingga setiap amal kebaikan akan dinilai dengan pahala yang berlimpah. Karena itu, banyak umat muslim yang berusaha mengejarnya, dan salah satu caranya adalah dengan i’tikaf.
Tempat Melaksanakan I’tikaf
Mengenai tempat pelaksanaan i’tikaf, para ulama memiliki perbedaan pandangan. Ulama Hanafiyyah beranggapan tempat i’tikaf untuk laki-laki di masjid jami’. Masjid yang dikumandangkan adzan di dalamnya dan memiliki imam. Walaupun masjid itu tidak digunakan untuk shalat wajib berjamaah lima waktu. Sedangkan para perempuan dibolehkan i’tikaf di dalam masjid rumahnya. Yakni tempat yang disiapkan untuk mengerjakan shalat lima waktu.
Sementara itu, ulama Syafi’iyyah membolehkan i’tikaf di masjid dan sekitarnya. Baik di bangunan yang masih satu atap dengan masjid, maupun area luar masjid yang masih berhubungan dengan masjid. Namun tetap saja yang paling utama adalah masjid jami’.
Kepada para wanita, ulama Syafi’iyyah tidak membolehkan mereka i’tikaf di masjid rumahnya. Sebab tempat shalat atau masjid di dalam rumah berubah-ubah, dan khawatir orang yang sedang junub boleh mendiaminya. Selain itu, para istri Rasulullah juga mencontohkan i’tikaf di masjid.
Keutamaan I’tikaf
I’tikaf merupakan ibadah yang istimewa, karena bisa membuat seseorang semakin tenang. Ketenangan diperoleh dari berbagai ibadah yang dilakukan di dalam masjid, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
Melakukan i’tikaf bisa membuat seseorang semakin khusyuk dalam menjalani kehidupan. Pikiran yang tadinya dipenuhi kegelisahan akibat berbagaiurusan duniawi, akhirnya bisa berganti fokus pada urusan yang bersifat kebaikan di akhirat.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Manfaat i’tikaf bisa dirasakan setelahnya. Seseorang akan merasa lebih semangat beribadah. Bukan hanya saat melakukan i’tikaf di dalam masjid, namun juga sekembalinya dari masjid dan setelah menjalani kehidupan sehari-hari.