1
Serba-serbi Ramadhan

Tata Cara Itikaf ala Rasulullah Sesuai Hadits

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Tata cara itikaf ala Rasulullah sudah seharusnya diterapkan oleh orang-orang yang ingin beritikaf di masjid. Terlebih saat bulan Ramadhan, itikaf seringkali menjadi ibadah favorit. Aktivitas ini pun mendadak menjadi aktivitas yang dilakukan oleh umat muslim saat 10 hari terakhir Ramadhan demi mendapatkan malam kemuliaan “lailatul qadr”. Namun, bagaimana tata cara itikah sesuai dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Pengertian Itikaf

Itikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah pada Allah di malam-malam Ramadhan. Itikaf dalam bahasa Arab berarti iqomah (berdiam). Berdiam di sini bisa jadi dalam waktu lama maupun singkat. Dalam syari’at tidak ada ketetapan khusus yang membatasi waktu minimal itikaf.

Syarat Sah Itikaf

Syarat sahnya itikaf ada dua yakni niat di awal ketika melaksanakan i’tikaf, yakni niat berdiam diri di masjid untuk ibadah sunnah lillahi ta’ala. Jika seseorang masuk masjid untuk kepentingan dunia, tidak bermaksud apa-apa atau tidak memiliki tujuan yang jelas maka diamnya di dalam masjid tidak dianggap itikaf secara syariat.

Lalu yang kedua, berdiam diri di dalam masjid. Sejatinya tidaklah cukup berdiam diri sekedar thuma’ninah, tetapi hendaknya melebihi kadar thuma’ninah, yaitu sekiranya berdiam diri yang dilaksanakan orang tadi sudah layak untuk disebut itikaf.

Ibnu Hazm rahimahullah berkata, Itikaf dalam bahasa Arab berarti iqomah (berdiam). Setiap yang disebut berdiam di masjid dengan niatan mendekatkan diri pada Allah, maka dinamakan itikaf, baik dilakukan dalam waktu singkat atau pun lama. Karena tidak ada dalil dari Al Quran maupun As Sunnah yang membatasi waktu minimalnya dengan bilangan tertentu atau menetapkannya dengan waktu tertentu.

Baca juga : Ini Keistimewaan Sholat Tahajud Bulan Ramadhan

Tata Cara Itikaf ala Rasulullah

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Apabila telah masuk hari kesepuluh, yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan kain sarungnya dan menghidupkan malam-malam tersebut serta membangunkan istri-istrinya.” (Muttafaq Alaihi)

Adapun hal yang harus dipenuhi oleh orang yang beritikaf harus beragama Islam, berakal, dan bersih dari haid, nifas, jinabah. Serta baju maupun badannya tidak membawa najis yang dapat mengotori masjid.

webinar umroh.com

Meski sejatinya tidak disyaratkan itikaf harus dilakukan dengan berpuasa. Sebagaimana hadis Rasulullah,

“Tidak lah diharuskan berpuasa bagi seseorang yang beri’tikaf, kecuali ialah yang mengharuskan baginya.” (HR al-Daruquthni dan al-Hakim)

Namun, seandainya orang yang beri’tikaf dalam keadaan puasa, maka hal demikian itu lebih utama bahkan lebih kuat untuk menahan syahwat, hal-hal yang terlintas di dalam pikiran, dan tentunya itikafnya dalam keadaan jiwa yang bersih.

1. Mengencangkan kain sarungnya

Kalimat tersebut dimaknai bahwa Rasulullah tekun beribadah, mencurahkan waktu untuknya dan bersungguh-sungguh di dalamya. Ada yang berpendapat, yang dimaksud dengannya ialah menjauhi wanita untuk menyibukkan diri dengan peribadatan.

Hanya di Umroh.com, Anda akan mendapatkan tabungan umroh hingga jutaan rupiah! Yuk download sekarang juga!

2. Rasulullah menghidupkan malamnya

Umroh.com merangkum, rasulullah menghidupkan seluruh malam dengan begadang untuk melakukan sholat dan selainnya, atau menghidupkan sebagian besarnya.

3. Membangunkan keluarganya

Rasulullah membangunkan keluarga mereka dari tidur untuk beribadah dan sholat. Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, ”Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melakukan i’tikaf, beliau mengerjakan sholat Shubuh, baru kemudian masuk ke tempat i’tikafnya. (Muttafaq Alaihi)

Pernyataan “sholat Shubuh” yakni pada pagi 21 Ramadhan. Maksudnya beliau terfokus dan menyepi di dalamnya setelah sholat subuh. Bukan berarti bahwa itu dimulainya waktu itikaf. Bahkan waktu i’tikaf dimulai sebelum maghrib pada malam ke-21 dalam keadaan beritikaf lagi berdiam di masjid secara umum. Ketika setelah selesai sholat Subuh beliau menyendiri.

Hal yang Makruh Saat Itikaf

tata cara itikaf

Sedangkan hal-hal yang dimakruhkan ketika itikaf adalah beberapa hal berikut ini:

  • Melakukan bekam di dalam masjid, meskipun itu dijamin tidak mengotori masjid, Adapun jika tidak terjamin atau khawatir tidak aman maka hukumnya menjadi haram.
  • Menyibukkan diri dengan membuat prakarya atau keterampilan, seperti menenun, menjahit dll. atau melakukan trasaksi jual beli meskipun hanya sedikit.

Adapun hal–hal yang dapat membatalkan i’tikaf adalah melakukan hubungan badan meski tidak sampai mengeluarkan air mani dan keluar dengan sengaja dari masjid tanpa ada udzur syar’i.

Ketika beritikaf hendaknya tetap menjaga kebersihan dan kerapian baik diri seorang yang itikaf  maupun tempat yang digunakan untuk itikaf. Dalam Shahih al Bukhari dijelaskan Aisyah mengatakan bahwa beliau menyisir rambut Rasulullah ketika Rasulullah sedang beri’tikaf di dalam masjid posisi Aisyah ada di dalam kamar beliau sementara Rasulullah  berada di dalam masjid.

Aisyah menyisir rambut Rasulullah melalui jendela rumahnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beritikaf Rasulullah tetap menjaga kerapihan tubuh.

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!

Itulah tata cara itikaf ala Rasulullah yang sebaiknya kita lakukan. Semoga artikel ini bermanfaat dan mendatangkan kebaikan aamiin!