Umroh.com – Sa’i merupakan satu dari lima rukun ibadah haji yang diajarkan Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam. Secara singkat tatacra sa’i ialah berjalan dari bukit Safa ke Bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari Bukit Safa ke Bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari Bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali. Jarak dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa ialah sekitar 500 meter, sehingga total jarak dalam sa’i ialah 2,5 kilometer. Lalu dimanakah tempat melakukan Sa’i sesuai syariat islam? Berikut penjelasannya.
Umroh.com merangkum, pada mulanya hendaknya sa’i dimulai dengan langkah-langkah biasa, sampai dekat dengan tanda pertama berwarna hijau kira-kira sejauh enam hasta. Dari tempat itu, hendaknya jamaah haji mempercepat langkah atau berlari-lari kecil sehingga sampai di tanda hijau yang kedua, kemudian dari sana berjalan kembali dengan langkah-langkah biasa.
Baca juga: Penting! Ini Pengertian Sa’i dalam Ibadah Haji dan Umroh
Tahapan ibadah haji yang satu ini cerminan dari peristiwa berjuangnya Siti Hajar dalam menghidupi anaknya, Nabi Ismail ‘alayhi salam. Juga kepatuhan Nabi Ibrahim ’alayhi salam kepada Allah yang luar biasa ketika ia harus meninggalkan istri dan putranya yang amat dicintai dan dirindukannya selama puluhan tahun disamping Baitullah yang tanpa berpenghuni.
Sejarah Tempat untuk Melakukan Sa’i
Saat itu demi mempertahankan hidup bersama anaknya Ismail, Siti Hajar berusaha mencari‘sesuatu’ (apapun yang dapat menyambung hidup) dengan bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah. Oleh karenanya kedua bukit itu kini ditetapkan sebagai tempat sa’i, sesuai dengan firman Allah subahanahu wa ta’ala yang turun dalam surat Al Baqarah, berikut:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Artinya: Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 158)
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
Shafa dan Marwah merupakan anak bukit yang terletak di jantung kota Mekah, keduanya berjarak sekitar 500 meter. Di sekelilingnya terdapat pemukiman penduduk, di antaranya Darul Arqam, Dar As-Saib bin Abu As-Saib Al-Aidzi, Dar Al-Khuld, dan lain-lain.
Shafa masih dalam satu rangkaian dengan Jabal Abu Qubais. Sedangkan Marwah masuk dalam rangkaian Jabal Qa’aiqa’an. Bukit Marwah berada di Kota Makkah di samping Bukit Qa’aiqa’ah. Kedua pegunungan itu begitu terkenal di Mekah. Kedua bukit ini tak bisa dipisahkan dengan kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail.
Pada tahun 2014, tempat untuk melaksanakan sa’i ini mengalami perluasan. Luasnya mencapai 20 meter dengan tinggi tembok lantai bawah mencapai 11,75 meter, sedangkan tembok lantai atas tingginya 8,5 meter.
Dalam riwayat sejarah disebutkan, saat itu Mekah masih berupa lembah pasir, bukit-bukit tandus dan belum didiami manusia. Nabi Ibrahim ‘alayhi salam dan istrinya tinggal di tempat ini. Siti Hajar sang istri, merasa sedih saat ditinggalkan di tempat yang tidak berpenghuni dan kering kerontang. Lalu ia bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Hendak ke manakah engkau Ibrahim? Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua di tempat yang sunyi dan tandus ini?” Pertanyaan ini diutarakan berulang kali, tapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata pun juga.
Ingin jadi tamu istimewa Allah? Yuk berangkat umroh dan temukan paketnya di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Akhirnya, Siti Hajar bertanya lagi, “Adakah ini memang perintah dari Allah?” Nabi Ibrahim menjawab, “ya.” Mendengar jawaban tersebut, Siti Hajar gembira dan hatinya pun menjadi tenang. Karena, ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Padahal, waktu itu, Nabi Ismail ‘alayhi salam masih menyusu. Namun, karena kecintaan kepada Allah, Siti Hajar pun memasrahkan segalanya kepada Allah ta’ala.
Lalu Nabi Ibrahim ‘alayhi salam pun berdoa, seperti yang Allah abadikan dalam Al Quran, berikut:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: Ya tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim : 37)
Suati ketika, Ismail dan ibunya kehabisan air minum. Di lembah pasir dan bukit tandus itu Siti Hajar mencari air pulang pergi dari bukit Shafa ke bukit Marwah hingga tujuh kali. Akhirnya, saat kali ketujuh itulah, ketika sampai di Marwah, Siti Hajar mendengar suara yang mengejutkan. Ia pun menuju ke arah suara itu. Alangkah kagetnya, ternyata suara itu tak lain adalah suara air yang memancar dari dalam tanah dengan derasnya di bawah telapak kaki Nabi Ismail.
Itulah sumber mata air yang kemudian airnya disebut air zam-zam. Air yang mempunyai keistimewaan dan keberkahan. Diantaranya bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga, serta mengenyangkan perut yang lapar. Dan itu hanya ada di antara Shafa dan Marwah.
Dari lokasi itu pula, Siti Hajar mendengar suara malaikat Jibril yang berkata, “Jangan khawatir, di sini Baitullah (rumah Allah) dan anak ini (Ismail) serta ayahnya akan mendirikan rumah itu nanti. Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.”
Sejak zaman Nabi Adam ‘alayhi salam
Di sisi lain, jauh sebelum masa Nabi Ibrahim, penamaan bukit Shafa, lantaran dulu Nabi Adam pernah berdiri di atasnya. Sementara Hawa berdiri di atas bukit yang satunya lagi yakni Marwah. Dalam ritual sa’i antara Shafa dan Marwah, jamaah bisa berhenti sejenak untuk mengenang Adam dan Hawa yang pernah berdiri di atasnya. Selama seseorang melakukan sai di wilayah antara bukit Shafa dan Marwah, maka ibadah sa’inya sah.