1
Muslim Lifestyle

Penting! Ini 4 Tingkatan Taubat Menurut Imam Al Ghazali

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Ada banyak keutamaan bagi seseorang yang bertaubat. Taubat sejatinya merupakan amalan yang diperintahkan Allah, agar manusia bisa memperbaiki diri dari dosa-dosanya. Berikut akan dijelaskan terkait 4 tingkatan taubat yang wajib dipahami.

Umroh.com merangkum, dalam melakukan taubat, ada beragam tingkatan manusia saat melaksanakannya. Imam Al Ghazali menjelaskan empat tingkatan taubat. Mulai dari paling tinggi, hingga paling rendah.

Baca juga: Makna Kedudukan Seorang Ibu yang Begitu Mulia

Empat tingkat taubat menurut Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa taubat seseorang bisa dilihat dari kondisi dan sikapnya.

4 Tingkatan Taubat

1. Seseorang yang Terus Menerus Bertaubat

Tingkat pertama adalah ketika seseorang terus menerus bertaubat hingga akhir hayatnya. Di dalam hatinya selalu hadir niat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Ia selalu meminta ampun atas dosa-dosa besar yang telah dilakukannya. Seseorang yang demikian disebut telah melakukan taubat nasuha.

Taubat nasuha merupakan taubat yang bisa menasehati dirinya sendiri. Seseorang yang bertaubat nasuha akan mengingat surga yang Allah janjikan, dan berusaha menghindari dosa karena takut akan murka Allah. Inilah yang membuat seseorang tidak tergoda lagi untuk melanggar larangan Allah. Pada akhirnya, taubat nasuha akan membuat jiwa menjadi tenang (nafsul mutmainah).

2. Seseorang yang Bertaubat, namun Belum Bisa Benar-Benar Melepas Dosanya

Orang dalam tingkat kedua ini sama sekali tidak berniat untuk melakukan perbuatan dosa. Tetapi ia berada pada kondisi yang membuatnya terjebak dalam dosa. Ketika dosa dilakukannya, ia bertaubat saat itu pula dan menunjukkan penyesalan.

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

Mereka yang berada dalam tingkat taubat kedua ini disebut nafsu lawwamah atau jiwa penyesalan. Ia memiliki jiwa yang selalu menyesali perbuatan dosanya. Sekalipun dosa tidak dilakukannya secara sengaja dan bukan atas dasar dorongan hati.

webinar umroh.com

Orang-orang ini masih dianggap melakukan taubat yang bernilai tinggi, meskipun nilainya tidak setinggi taubat nasuha atau tingkatan pertama. Mereka yang berada dalam tingkat taubat kedua itu juga adalah mereka yang akan menerima kebaikan dan ampunan dari Allah. 

tingkatan taubat

Allah berfirman, “Orang-orang yang mendapatkan kebaikan yaitu orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan beberapa kemaksiatan, kecuali yang hanya merupakan lintasan dalam hati. Sesungguhnya Tuhanmu adalah amat luas pengampunannya” (QS.An Najm: 31-32).

“Orang-orang yang memperoleh kebahagiaan ialah orang-orang yang apabila melakukan keburukan atau menganiaya dirinya sendiri, maka mereka segera mengingat pada Allah, kemudian memohon ampunan dari dosa-dosanya” (QS.Ali Imran: 135).

Lintasan-lintasan di dalam hati tersebut dianggap sebagai dosa kecil karena tidak timbul dari keinginannya sendiri. Rasulullah bersabda, “Setiap mukmin tentu terkena dosa yang menimpanya pada setiap waktu” (HR.Thabrani dan Baihaqi).

Menurut para ulama, hadis tersebut menjelaskan bahwa kadar dosa yang kecil itu tidak merusak taubat, dan tidak dianggap berniat kekal dalam kemaksiatan.

Jadilan tamu istimewa Allah dengan temukan paketnya di Umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

3. Orang yang Bertaubat di Saat Tertentu

Berdasarkan pemaparan tim Umroh.com, tingkat taubat ketiga menggambarkan mereka yang bertaubat hanya pada saat-saat tertentu. Taubat seperti ini disebabkan karena seseorang masih kalah dengan hawa nafsu atau syahwatnya. Sehingga ia masih terus merlakukan tindakan maksiat. Kemaksiatan itu dilakukan dengan sengaja, akibat dari ketidakmampuan mengontrol hawa nafsunya.

Orang yang berada di tingkat taubat ini masih bersedia melakukan amal soleh sebagai bentuk ketaatan. Sebagian dosa-dosa besar telah ditinggalkannya. Ia juga telah memiliki niat untuk menghindari dorongan hawa nafsunya. Tetapi ia masih tetap melaksanakan maksiat.

Maksiat dilakukan karena ketidakmampuan mengendalikan syahwat. Biasanya orang dalam tingkat taubat ketiga ini akan menyesal setelah melakukan maksiat. Namun tak jarang, ia akan mengulangi perbuatan buruknya itu. 

Para ulama memandang orang seperti ini memiliki nafsu yang terkadang berimbang dengan imannya. Mereka memiliki jiwa yang disebut nafsu musawwalah, atau jiwa yang memerintah diri.

Allah menggambarkan mereka di dalam surat At Taubah ayat 102, “Ada pun orang-orang lain yang sudah mengakui dosa-dosanya, tetapi mereka itu suka mencampurkan amalan baiknya dengan amalan buruknya”.

4. Orang yang Bertaubat dalam Batas Waktu Tertentu

Orang dalam tingkatan taubat keempat ini melakukan taubat atas perbuatan maksiatnya, namun taubat tersebut hanya berlangsung dalam beberapa waktu saja. Selanjutnya, ia kembali melakukan perbuatan maksiat. 

Orang seperti ini biasanya lupa dengan taubatnya, serta sama sekali tidak memiliki rasa sesal atas perbuatan dosanya. Tidak jarang, ia tidak memiliki keinginan untuk segera bertaubat.

Mereka dalam tingkatan taubat ini disebut sebagai nafsu amarah bissuui, atau jiwa yang mengajak kepada maksiat atau kejahatan. Mereka cenderung mendekati keburukan, dan sering menjauh dari kebaikan.

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!

Orang-orang yang berada dalam tingkatan taubat ketiga dan keempat itu dikhawatirkan akan berakhir dengan Su’ul Khatimah. Mereka tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat, hingga akhirnya menemui ajal dalam keadaan berbuat maksiat. Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang demikian.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.