1
Motivasi Muslim Lifestyle Tips

Untuk Para Istri, Prioritaskanlah Melayani Suami

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Beberapa kali kita menemui kasus perempuan yang abai pada suaminya setelah hadirnya anak-anak. Mereka menganggap peran suci sebagai ibu di atas segalanya. Kemudian menuntut suami untuk paham bahwa kini sudah hadir makhluk kecil yang patut diprioritaskan dari pada suami. Ternyata ini keliru, perempuan cenderung mengikuti perasaannya untuk terus dipahami.

Lihat saja betapa banyak literasi yang membahas tentang betapa peliknya peran perempuan sebagai istri dan ibu sekaligus. Bahkan lengkap dengan sajian data bahwa peran ini rawan depresi. Sampai pada kasus bunuh diri. Terus diulas gangguan psikologis yang sering sekali terjadi pada mereka.

Kita tak hendak menafikan fakta tersebut, tetapi kita ingin setiap wanita paham tentang urutan prioritas yang telah dirumuskan wahyu. Bukankah kita tak pernah ragu bahwa alquran itu adalah sebenar-benar petunjuk?

Salah satu nasihat yang bahasannya berisi tentang pengasuhan anak mengatakan, “Sajikan pengabdian dan bakti terbaik yang bisa kita lakukan kepada suami, maka perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Pengasuhan anak-anakpun menjadi kian mudah”.

Berapa banyak kejadian ibu yang temperamen kepada anak-anaknya hanya karena masalahnya dengan suami yang belum selesai. Maka sekali lagi, perhatikan prioritas penting ini ya Mak. Menangkan dulu hati lelaki kita.

Adalah tak mudah mencari tulisan dari lelaki yang mengulas tentang ini. Jikapun ada, maka ini tema yang tak menarik. Kurang dramatis. Bagi perempuan yang kapasitas perasaannya lebih mendominasi, menganggap hal ini adalah “lebay”. Makanya kemudian mereka menjuluki suami sebagai “bayi besar”.

Mungkin kita akan tertarik sekali dengan pengalaman saat melihat seorang teman ngaji yang ikut suaminya tugas belajar tinggal di Jeddah. Maka hal pertama yang kita tanyakan padanya waktu itu adalah “Wah.. enak ya kalau akhir pekan bisa sering-sering ke Mekkah buat umrah, terus ramadhan juga bisa iktikaf di masjidil haram”. Mengingat jarak antara kedua kota itu tak begitu jauh.

Tapi satu hal yang harus betul-betul diperhatikan oleh ibu-ibu adalah jangan sampai hanya karena mikirin ibadah sunnah, sehingga sampai membuat yang wajib menjadi terbengkalai. Untuk itulah ketahuilah prioritas kita sebagai wanita, apabila jika kita sudah diamanahi Allah untuk menjadi seorang ibu.

webinar umroh.com

Jangan sampai kita sebagai wanita bisa tenag-tenang pergi iktikaf ataupun umrah sementara suami kita disini kehidupannya terbengkalai karena makan tidak ada yang mengurus makan minumnya, tidak ada yang nyiapin bajunya, dan tidak ada yang bisa melayani mereka

Selain itu, jangan sampai juga seorang istri menjadi tidak berbakti pada suami hanya karena terhalang pemikiran jika gelar pasca sarjana dan penghasilan bulanan mereka berada di atas gelar dan gaji sang suami.

Sungguh kesadaran yang keren pada zaman di mana perempuan hari ini ribut menuntut kesetaraan gender dalam bungkus kemasan emansipasi yang salah kaprah. Dan bangga dengan kemampuan dirinya yang bisa mandiri menghasilkan sejumlah rupiah dari keringatnya sendiri. Perlahan ketundukan dan ketaatan pada suami sedikit demi sedikit tergerus. Ini keniscayaan. Hukum alam kepada mereka yang di dalam hatinya bersemayam biji kesombongan dan jauh dari majelis ilmu.

Betapa seringnya para wanita merasa segala pekerjaan melayani suami dari mulai menyiapkan hal-hal kecil itu adalah pekerjaan sepele. Dan berpikir keras mengejar amalan lainnya. Kehadiran bayi dan suami seperti penghalang antara diri kita dan ibadah yang nyaman. Bagaimana sulitnya mencari waktu untuk sekadar tenang membaca alquran tanpa interupsi ini dan itu. Bangun tahajud susah waktu si bayi bentar-bentar bangun malam minta Asi. Padahal syarat masuk surga seorang istri itu tak disebut harus tahajud atau tadarusan.

Dan Nabi sendiri mengingatkan jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya mereka akan dapat masuk ke dalam surga dari pintu manapun yang mereka mau.

Camkan lagi kata-kata terakhir dari sabda Sang Nabi tersebut, : “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. Ganjaran keren yang bagaimana lagi coba yang mau kita kejar?