Peristiwa mengenai sekelompok pemuda yang ditidurkan Allah selama ratusan tahun di gua adalah satu kisah menakjubkan yang tercantum di Al Quran. Lalu, kapan sebenarnya peristiwa Ashabul Kahfi tersebut terjadi?
Terjadi Setelah Menyebarnya Agama Nasrani
Umroh.com merangkum, sebuah keterangan menyebut bahwa waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi adalah setelah perkembangan agama Nasrani. Mereka (pemuda Ashabul Kahfi) dituturkan memeluk agama Nabi Isa bin Maryam.
Terjadi Sebelum Muncul Agama Nasrani
Ada juga yang menyebut bahwa waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi adalah sebelum perkembangan agama Nasrani. Keterangan ini muncul karena ternyata para pendeta Yahudi mengetahui kisah mereka. Ketika Nabi Muhammad SAW menyebarkan Islam, kaum Yahudi juga mengajukan pertanyaan tentang Ashabul Kahfi untuk menguji kenabian Rasulullah.
Baca juga: Fenomena Ashabul Kahfi, Saksi Bisu Kebesaran Allah
Penuturan tersebut menguatkan keyakinan bahwa peristiwa Ashabul Kahfi sudah tercantum dalam kitab-kitab para ahli kitab, serta terjadi sebelum menyebarnya agama Nasrani.
Berikut adalah penjelasan mengenai pertentangan dua pendapat di atas.
Peristiwa Ashabul Kahfi Terjadi Saat Pemerintahan Kaisar Romawi
Sebuah catatan sejarah menyatakan waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi di masa pemerintahan kaisar Romawi Timur. Tepatnya saat Kaisar Diqyanus (Decius) memerintah di tahun 249-251 Masehi. Dahulu Romawi Timur menguasai negeri Syam, yang kini terpecah menjadi negara Suriah, Libanon, Israel, Palestina, dan Yordania.
Punya rencana untuk pergi umroh bersama keluarga? Wujudkan mimpi Anda dengan cara mudahnya di sini!
Kala itu, pusat pemerintahan Romawi berada di Amman, Yordania. Selama memimpin, Diqyanus dikenal kejam. Ia gemar menyiksa rakyat yang berbeda paham dengannya. Kaisar penyembah dewa-dewa ini tidak ingin ada satu pun orang di wilayahnya yang menyembah tuhan selain patung-patung berhala. Jika ada yang menolak, akan diberi siksaan kejam hingga ancaman pembunuhan.
Selain itu, ada anggapan bahwa waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi adalah ketika Romawi Timur dipimpin oleh Kaisar Trajan atau Trajanus. Kepemimpinan Trajan terjadi di sekitar tahun 98-117 Masehi. Sebuah catatan sejarah turut menyebut bahwa Kaisar Trajan berperilaku sangat diktator dan kejam.
Kekejaman ditimpakan pada rakyatnya yang menolak menyembah berhala. Kaisar Trajan akan membunuh siapa saja yang menunjukkan penolakan terhadap berhala. Ia mengeluarkan undang-undang tentang hukuman kepada rakyat yang menolak untuk menyembah berhala. Saat itu, pusat pemerintahan Romawi Timur diyakini berada di Damaskus, Suriah.
Undang-undang pun didukung para Gubernur di kota-kota besar. Dalam catatan sejarah, Gubernur Romawi bernama Pilinius pernah bersurat kepada Kaisar Trajan. Isinya tentang sekelompok pemuda pengikut Messiah / Masehi. Ini merujuk pada gelar Nabi Isa yang dijuluki Al Masih. Sekelompok pemuda itu digambarkan sebagai pengikut Isa Al Masih yang memegang teguh ajaran tauhid sebenarnya, yaitu mengesakan Allah. Atas keyakinan mereka, mereka menerima vonis hukuman dari pemerintah kala itu.
Pendapat Terjadinya Ashabul Kahfi di Masa Kaisar Trajan Lebih Bisa Diterima
Di antara beberapa pendapat di atas, anggapan waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi di masa Kaisar Trajan adalah yang paling bisa diterima. Catatan sejarah menyebutkan bahwa para Ashabul Kahfi terbangun di masa pemerintahan Teodocius II, tahun 408-450 Masehi.
Baca juga: Inilah Penampakan Gua Ashabul Kahfi, Sebagai Bukti Kebesaran Allah
Jarak waktu antara pemerintahan kaisar Trajan dengan Teodocius lebih dari 300 tahun. Rentang terjauhnya sekitar 351 tahun, sedangkan rentang antara tahun pertama pemerintahan Trajan hingga tahun pertama pemerintahan Teodocius II adalah sekitar 310 tahun. Argumen ini memperkuat firman Allah di surat Al Kahfi ayat 25, “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.
Namun anggapan itu juga masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi terpaut jauh dengan kelahiran Rasulullah. Selain itu, pendapat-pendapat tersebut bisa jadi tercampur dengan pendapat sebagian besar orang Nasrani. Orang-orang Nasrani juga meyakini sejarah yang menyebut bahwa sekte-sekte Kristen turut dikejar-kejar oleh penguasa Romawi penyembah berhala, sebelum Konstantin berkuasa pada tahun 300 Masehi.
Kisah Ashabul Kahfi Diketahui dengan Baik oleh Kaum Yahudi Madinah
Pertentangan kembali terjadi ketika menyebut fakta bahwa surat Al Kahfi diturunkan untuk menjawab pertanyaan kaum Yahudi Madinah. Mereka mengajukan pertanyaan kepada orang Mekah untuk menguji kenabian Rasulullah SAW. Allah kemudian menjawab pertanyaan tersebut melalui ayat-ayat dalam sebagian surat Al Kahfi.
Jika catatan sejarah sebelumnya menyebut bahwa terjadi pada pengikut Nabi Isa, maka timbul pertanyaan: ‘Mengapa yang mengajukan pertanyaan tentang Ashabul Kahfi adalah kaum Yahudi?”. Ditambah lagi, Orang-orang Arab Mekah sering berdagang menuju daerah Syam, tempat bermukim orang-orang Nasrani, namun tidak pernah mendengar kisah mengenai Ashabul Kahfi.
Kisah mengenai Ashabul Kahfi justru datang dari kaum Yahudi, karena pendeta mereka mengetahui kisah tersebut secara pasti dari kitab Taurat yang asli. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa sekitar tahun 1500-1300 Sebelum Masehi. Jika sudah tertulis dalam Taurat, maka kejadian Ashabul Kahfi berlangsung sebelum kenabian Nabi Musa AS.
Hanya Allah yang Mengetahui Waktu Terjadinya Peristiwa Ashabul Kahfi
Kisah-kisah sebelum kenabian Nabi Musa AS tentunya sangat sulit dilacak kebenarannya. Namun satu hal perlu kita yakini, yaitu hanya Allah yang mengetahui waktu terjadinya peristiwa Ashabul Kahfi. Dan waktu saat mereka dibangunkan kembali. Sebagaimana firman Allah di surat Al Kahfi ayat 26, “Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”.