1
Sejarah Islam

Inilah Sederet Nama Wanita yang Berpolitik di Zaman Nabi

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Peran perempuan sangat penting dalam aktivitas politik di masa Rasulullah. Dalam Islam, politik adalah aktivitas pengaturan dan pemeliharaan urusan umat, sehingga semua berjalan sesuai aturan Islam. Di masa Rasulullah, wanita memang tidak dibolehkan memegang jabatan, misalnya menjadi gubernur, pembantu khalifah di pemerintahan, atau sebagai pemimpin perang. 

Tetapi wanita di masa Rasulullah tetap dibolehkan mengutarakan pendapat, mendapat kedudukan di pemerintahan (bukan dalam soal penguasaan wilayah), menjadi hakim, kepala departemen, hingga anggota majelis. Wanita juga boleh terjung ke politik dengan memberikan suara saat pemilihan khalifah.

Baca juga: 3 Keteladanan Luar Biasa Nabi Muhammad

Umroh.com merangkum, peran wanita di zaman Rasulullah adalah memberikan motivasi kepada para suami untuk berjuang mencapai kemenangan. Selain itu, ada juga wanita di zaman Rasulullah yang dengan gagah berani ikut terjun ke medan perang. Walaupun wanita, ia menghadapi musuh dengan gagah berani demi tegaknya Islam. 

Wanita-wanita di bidang politik pada masa Rasulullah

1. Khadijah binti Khuwailid 

Khadijah merupakan istri pertama Rasulullah. Ia dikenal sebagai pengusaha kaya raya, bahkan sebelum menikah dengan Rasulullah. Sebagai istri Rasulullah, Khadijah menjalankan perannya secara maksimal sebagai pendamping. Ia selalu mendukung setiap langkah suaminya. 

Mau punya kesempatan pergi umroh gratis? Cukup dengan download aplikasinya di sini, kesempatan untuk umroh semakin besar!

Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah, Khadijah adalah orang pertama yang beriman. Khadijah menunjukkan dukungan secara total, hingga rela mengorbankan hartanya untuk dakwah Islam.

Khadijah juga menjadi sahabat di kala suka dan duka. Beliau selalu ada dan memberi dukungan ketika Rasulullah menerima pengalaman tidak menyenangkan dalam dakwah Islam. Khadijah menghadirkan ketenangan bagi Rasulullah, di tengah sulitnya perjuangan dakwah beliau.

Selain sebagai istri, Khadijah juga memegang peranan sebagai penasehat Rasulullah. Ketika Rasulullah menghadapi situasi genting, Khadijah selalu memberi masukan kepada suami tercintanya. Ketika para petinggi Quraisy hendak menghalangi perjuangan dakwah Rasulullah, Khadijah ikut turun tangan. Dengan kemampuan diplomasinya, ia melobi para petinggi Quraisy untuk mengurungkan niat menjegal Rasulullah. 

webinar umroh.com

2. Fatimah binti Khattab 

Fatimah binti Khattab merupakan saudara perempuan dari Umar bin Khattab. Fatimah juga memegang peranan penting dalam perjuangan Islam. Salah satu perannya adalah saat Umar bin Khattab masih belum menerima Islam. Umar sempat berjalan mencari Rasulullah untuk membunuh beliau. Namun di tengah jalan, ada seseorang yang memberitahunya bahwa saudara perempuannya itu sudah memeluk Islam.

Umar kemudian menuju rumah Fatimah dengan emosi. Di rumah saudaranya itu, Umar sempat berdebat. Di tengah perdebatan, Fatimah kerap melontarkan bahwa ‘Kebenaran ada bukan pada agamamu’. Kalimat itu diucapkan kepada Umar dengan tegas.  

Umar berusaha merebut Mushaf Quran yang sedang dibaca Fatimah, namun dihalangi. Fatimah meminta Umar untuk mandi terlebih dahulu, karena mushaf ini hanya boleh disentuh oleh orang yang suci. Usai Umar mandi, Fatimah menyerahkan mushaf itu sambil berharap Allah memberikan hidayah kepada Umar. Dengan izin Allah, Umar kemudian mendapat hidayah setelah membaca mushaf yang ada di tangannya. 

3. Aisyah binti Abu Bakar 

Aisyah adalah istri Rasulullah yang sering mendampingi beliau dalam perjalanan dakwah. Aisyah juga merawat Rasulullah di rumahnya saat sakit keras, dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya. 

Punya rencana untuk pergi umroh bersama keluarga? Yuk pilih paketnya di sini!

Dengan kecerdasannya, ia menyerap ajaran Nabi, mendokumentasikan hadist-hadist, dan mengajarkannya kepada murid-muridnya. Di masa khulafaur rasyidin, Aisyah sering menyampaikan gagasan dan ide dalam urusan kenegaraan kepada penguasa. Ketika terjadi kekacauan di pemerintahan sepeninggal Rasulullah, Aisyah juga mampu membentuk kelompok untuk menentang rezim yang berkuasa.  

4. Shafiyyah binti Abdul Muthalib 

Bibi Rasulullah ini dikenal sebagai wanita yang pemberani. Ketika perang Uhud terjadi, Shafiyyah terjun membantu pasukan untuk mengobati pasukan yang terluka, dan memperbaiki panah yang rusak. Ketika ada pasukan kaum muslimin yang lari dan akan meninggalkan Rasulullah, Shafiyyah mengacungkan tombak untuk mengancam mereka, sehingga mereka mngurungkan niat untuk lari. 

Saat perang Khandaq terjadi, Shafiyyah berani membunuh seorang Yahudi yang mengendap-endap untuk mengawasi benteng. Di benteng itu, ada wanita dan anak-anak yang sengaja ditempatkan di sana agar aman. Orang Yahudi itu mengawasi benteng agar jika penjagaan lengah, anak-anak dan wanita yang berdiam di sana bisa dijadikan sandera. 

Mulanya, Shafiyyah meminta Hasan bin Tsabit, pemilik benteng, untuk membunuh orang Yahudi itu. Namun karena Hasan tidak berani, Shafiyyah menghadapi orang Yahudi itu sendirian dan membunuhnya dengan kayu yang keras.  

Baca juga: Terungkap, Ternyata Ini Sosok Anak Nabi Muhammad

5. Ummu Umara 

Wanita terakhir yang ikut politik di zaman nabi adalah Ummu Umara. Ia merupakan wanita yang ikut dengan tokoh Aus dan Khazraj dalam baiat Aqabah yang kedua. Dalam pembaiatan tersebut, kaum Anshar yang ada di sana berjanji untuk melindungi Rasulullah dalam kondisi apapun. Ummu Umara, yang menjadi salah satunya, memegang janji itu dan membuktikannya saat perang Uhud. Ia melindungi Rasulullah dari serangan pasukan kafir Quraisy, sehingga menderita belasan luka di sekujur tubuhnya. 

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.